Alasan, Kenapa Kita Perlu Mengecam Aksi Teror di Selandia Baru - Atorcator

Atorcator

Menulis adalah usaha merawat kejernihan berpikir, menjaga kewarasan, dan menyimpan memori sebelum dunia terkatup.

Latest Update
Fetching data...

16 Maret 2019

Alasan, Kenapa Kita Perlu Mengecam Aksi Teror di Selandia Baru

merdeka

Penulis: Ahmad Tsauri

Alhamdulilah tokoh-tokoh, para dai, bahkan ormas Islam yang tidak pernah mengecam aksi teror yang kerap terjadi di tanah air, untuk aksi teror yang membantai saudara muslim di Selandia Baru semua mengecam. Bahkan ormas yang saya maksud merilis surat pernyataan resmi. Kita syukuri ini. 

Tapi saya berharap tidak tebang pilih. Baik dalam ataupun diluar negeri aksi teror itu kita kecam, tanpa melihat siapa pelakunya dan siapa korbannya. Jangan, kalau aksi teror diluar negeri korbanya muslim, satu kor; mengecam, giliran terjadi di tanah air, setiap kejadian yang dikecam malah Densus 88.

Baca juga: Resolusi Konflik

Dimanapun, siapapun pelakunya, siapapun korbannya, kita kecam. Teroris musuh kita bersama, termasuk aksi teror di Selandia Baru, maupun aksi teror baru-baru ini di Sibolga, seorang ibu yang meledakan dirinya dan dua anaknya.

أَنَّهُ مَن قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا

"...bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya...".

Ayat ini juga sama surat Al-Maidah, ayat 32. Kenapa mengampanyekan satu ayat dan menutup mata dari ayat lain, padahal isinya seruan Universal. Kenapa kita harus memilah ayat yang sesuai dengan kepentingan kita dan menutup mata, seakan ingin menyembunyikan supaya ayat yang tidak kehendaki itu kita kubur dalam-dalam supaya tidak terdengar gemanya.

Mari adil sejak dalam pikiran.