Juni 2018 - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Sabtu, Juni 30, 2018

Khofifah Indar Parawansa: Gubernur Jawa Timur Politikus Kosmopolitan

Khofifah Indar Parawansa: Gubernur Jawa Timur Politikus Kosmopolitan

Foto: Regional Kompas
Khofifah indar parawansa adalah tokoh kartini masa kini, perempuan pejuang yang tak kenal lelah. Profesi yang ia tekuni sebagai politikus tak pernah menyurutkan semangat untuk tetap berkhidmat kepada Nahdhatul Ulama. Sebagai tokoh visionir yang konsisten terjun ke dunia politik dan aktivis nahdhatul ulama mengantarkan dirinya menjadi orang nomor satu sejawa timur setelah banyak melewati beberapa rintangan dan tantangan. Perempuan yang tepatnya sudah berada dalam posisi zona nyaman sebagai menteri presiden yang berbeda tentu bagi dia masih banyak tugas yang lebih strategis untuk mengabdikan dirinya kepada republik ini, termasuk mencalonkan diri sebagai gubernur jawa timur tiga kali berturut-turut.

Kekalahan dua kali berturut-turut dalam proses yang cukup panjang itu, saya rasa beliau sudah tidak mau lagi mencalonkan diri sebagai gubernur jawa timur demi menghindari hattrick kekalahan. Namun karena ini adalah sebuah panggilan hati nurani dan masyarakata sekitar, beliau tetap berjuang sampai tiga kali berturut-turut. Menurut hemat saya, apa yang dilakukan ibu nomor satu jawa timur saat ini tak banyak dilakukan oleh para calon kandidat lain dan sampai saat ini saya belum menemukan sosok yang berkali-kali maju bahkan tiga kali berturut-turut, apalagi seorang perempuan tanpa suami.

Tokoh seperti khofifah indar parawansa memiliki spirit demokrasi yang kosmopolitan, terbukti dengan majunya beliau berkali-kali, tak pernah menyerah dan berputus asa. Ini bukan lagi soal ambisium, melihat rekam jejak dan prestasi ibu muslimat ini memang banyak menadapatkan apresiasi, baik apresiasi tingkat nasional maupun internasional mulai jadi menteri prsiden Abdurrahman Wahid dan presiden Joko Widodo. Maju dalam kontestasi pemilihan gubernur yang lumayan besar wilayah kekuasaannya tentu harus benar-benar memiliki kesiapan yang cukup matang, baik kesiapan dhohir maupun batin. Bagi ibu khofifah indar parawansa perhelatan politik jawa timur sudah bisa dibilang di atas daun bukan lagi naik daun.

Kemenangan ini merupakan akumulasi hasil dari perjuangan beliau sepuluh tahun sebelumnya. Melihat kompetisi pilgub jawa timur memang tidak sekreatif daerah-daerah lain, calonnya itu itu saja. Dan ini menandakan bahwa jawa timur didominasi oleh satu golongan yang sangat kuat militan yaitu Nahdhatul Ulama. Apakah golongan yang lain sudah tidak punya tempat di jawa timur seperti Muhammadiyah? Tidak, semua memiliki tempat yang sama di republik ini, namun hanya kesempatannya yang berbeda, negara ini adalah negara majemuk. Tidak boleh ada diskriminasi di republik. Boleh jadi sepuluh tahun yang akan dating justru dari kelompaok Muhammadiyah yang menjadi pemimpin di jawa timur.

Khofifah Indar Parawansa merupakan tokoh pemimpin yang sangat peduli terhadap kepentingan bangsa tanpa dibatasi sekat-sekat sektoral, baik agama, etnis, maupun emosional kelompok yang bisa menafikan keberadaan yang lain (die politik). Di posisikan sebagai menteri sosial oleh dua presiden republik Indonesia karena memang memilki potensi besar dalam mengelola dan menjaga kerukunan. Sebagai komplementer yang bisa memperkuat sendi-sendi kehidupan bernegara. Dari sekian masalah sosial yang terjadi di Indonesia, beliau sangat reaktif dan turun lapangan.
Perempuan kosmopolitan ini, memang sudah saatnya memimpin jawa timur. Kesunahan melakukan sesuatu sampai tiga kali ini sudah mampu dijalani oleh sosok penyandang aktivis muslimat Nahdhatul ulama. Kemampuan cara berpikir posistif dalam menyikapi era globalisasi termasuk demokrasi yang sarat kompetisi ini sudah banyak dilalui dan dilakukan oleh beliau. Sehingga proses pendewasaan dalam menjalani pilkada sudah sampai pada ujung tombak. Sebagai kelompok Nahdhiyyin, saya sangat bangga memiliki gubernur yang basicnya masih NU, ibu warga jawa timur sekaligus ibu Muslimat NU jawa timur.

Mari kita sama-sama menjaga suasana pasca pilkada ini tetap kondusif, aman, tentram dan damai. Tentu yang menjadi hal paling fundamental pasca pilkada kali ini adalah sikap legowo. Keikhlasan dalam menerima keadaan psikologis maupun sosiologis. Sikap tulus ini ditunjukkan melalui kesediaan dan keberanian mengendalikan emosi ketika di posisi beruntung ataupun buntung. Filosofi jawa, yen kalah orak ngamuk yen menang orak umuk, adalah pelajaran berharga bagi siapapun yang terlibat dalam pemilu.

Mari kita sama-sama bangun jawa timur lebih maju dan bersaing. Pasca pilkada seyogyanya kita harus bersatu tak ada lagi pilihan politik yang saling sikut menyikut satu sama lain. Kearifan dalam mengelola egosentris baik yang berkaitan dengan etnisitas, ideologi keagamaan, maupun politik sangatlah penting usai pilkada ini. Setiap kekalahan dan kemenangan tidak dimaknai sebagai ancaman ataupun peluang sebagai balas dendam, tetapi sebagai kesadaran transcendental yang menggerakkan hati si pemenang untuk merangkul yang kalah dan yang kalah menghormati yang menang. Dengan cara ini proses demokrasi bisa mengantarkan kita ke kehidupan bernegara, beragama, berbangsa, dan bermasyarakat yang beradab dan kosmopolit.

Wallahu A’lam Bisshowab


Santri Mahasiswa Al-Hikam Malang
Read More

Sabtu, Juni 23, 2018

Bom Seorang Penulis Radikal

Bom Seorang Penulis Radikal

Google

Sebenarnya saya tipe orang yang tidak memiliki waktu yang tepat untuk menulis. Jujur saja, saya menulis kadang tidak butuh waktu yang tepat, sembarang tempat dan tidak perlu ngapa-ngapain untuk bisa menulis. Seperti kebanyakan orang nulis sambil ngopi, nulis sambil ditemani pacar, nulis sambil Musikan dan lain-lain.

Beda dengan kebanyakan orang, lebih-lebih penulis produktif. Mereka pasti memiliki waktu yang tepat dan jadwal yang sudah tertulis. Maka Hasil pun akan beda. Mungkin lebih berkuantitas tapi belum tentu belum berkualitas atau mungkin berkualitas tapi belum tentu berkuantitas. Tapi hal seperti itu tidak sepenuhnya menjadi masalah. Pada dasarnya menulis butuh keistiqomahan, butuh komitmen dan konsistensi sehingga akan menjadi penulis produktif.

Sosok seperti saya, sebenarnya juga bingung mau dikatakan penulis. Tapi tak apa-apalah setidaknya saya pernah menulis. Karena kunci menjadi seorang penulis adalah Menulis. Kebetulan saya sudah sering menulis, jadi saya akui sendiri sajalah bahwa saya penulis. Pengakuan terhadap diri sendiri akan penulis insyaallah akan menjadi doa dan akan menjadi kunci utama untuk menjadi penulis. Begitulah kira-kira saya meyakinkan diri ini, disaat yang lain tidak lagi mengakui.

Yah..memang agak sulit menemukan sosok yang seperti saya. Walaupun saya tipe orang yang tidak memiliki waktu yang tepat untuk menulis. Akan tetapi kebanyakan hasil tulisan saya itu dilakukan tengah malam. Dari sekian banyak tulisan saya, hampir semuanya dilakukan pada waktu tengah malam atau dini hari. Semoga saja rutinitas seperti ini tidak menimbulkan kecurigaan bahwa saya tukang ini dan tukang itu.

Di saat yang lain tidur dan istirahat justru saya memilih beraktivitas, ini agak sedikit aneh tapi nyata. Apa karena saya seharian tidak beraktivitas, tidak. Saya ini tipe orang yang tidak mau nganggur. Apapun saya lakukan, mulai dari aktivitas kuliah, nugas, bersih-bersih, sampai pada sekedar hanya ngelike dan  ngomen status orang di media sosial.

Saya sendiri agak sedikit bingung, kenapa saya bisa enak dan enjoy nulis pada waktu tengah malam. Padahal saya belum bisa menemukan keajaiban-keajaiban menulis ditengah malam. Apa memang saya tipe orang tidak pantas diberi keajaiban? Wallahu a'lam bisshowab.

Menulis pada saat-saat sunyi dan sepi memang sesuatu yang sangat efektif menurut saya. Walaupun tidak harus tengah malam. Namun akhir-akhir ini saya sedikit sadar bahwa tengah malam merupakan waktu yang sangat strategis dalam menuangkan tinta-tinta keabadian yang akan saya kenang dikemudian hari.

Proses kreatif dalam menemukan gagasan-gagasan yang akan dituangkan dalam tulisan memang berbeda-beda. Tak terkecuali saya pribadi yang cenderung agak radikal dalam menjalani proses itu. Kenapa bisa radikal? Bayangkan saja, tengah malam normalnya orang tidur malah dibuat untuk menulis. Walaupun sebagian orang mengatakan tengah malam merupakan waktu yang efektif dan efisien. Saya sendiri belum percaya sepenuhnya, karena jujur saja, tengah malam ini waktunya istirahat kok malah gak istirahat. Jangan-jangan kenak penyakit insomnia. Semoga tidak.

Ditengah ketidakpercayaan saya ini, justru saya sendiri melakukannya. Sekalipun saya belum bisa menemukan sepenuhnya keefektifan dan keefisienan itu seperti yang dikatakan kebanyakan orang. Inilah kenapa saya katakan di atas bahwa saya sosok penulis yang cenderung radikal.

Akan tetapi menulis tengah malam untuk saya pribadi cenderung membuat tulisan selasai waktu itu juga tanpa harus menunda-nunda. Mungkin karena tidak ada yang mengganggu baik gangguan internal (fokus) maupun eksternal (tidak ramai). Sebab susana sunyi dan orang-orang pada tidur.

Ironisnya lagi, saya menulis tengah malam disaat rasa kantuk selalu menghampiri, anehnya lagi saya tak pernah bingung mencari secangkir kopi untuk menangkal rasa kantuk itu. Walaupun saya sering diberi saran agar sambil ngopi untuk menghilangkan rasa kantuk itu, tapi tak pernah saya lakukan.

Bukan tidak percaya bahwa kopi itu menghilangkan rasa kantuk tetapi sampai saat ini saya tidak pernah kesulitan menyelesaikan tulisan walaupun diterpa rasa kantuk dan tanpa kopi itu. Mungkin juga karena tidak ada yang mau bikinin kopi itu, lihat aja nanti, setelah dia resmi menjadi bagian dari keluarga saya. Hehehehe 😍


Wallahu a'lam bisshowab

Santri Mahasiswa Al-Hikam Malang
Read More

Senin, Juni 11, 2018

Welcome Idhul Fitri, Ramadhan Sampai jumpa Tahun Depan

Welcome Idhul Fitri, Ramadhan Sampai jumpa Tahun Depan

Indowarta.com
Penulis: Moh. Syahri

Atorcator.ComHari raya Idhul Fitri, tinggal menghitung hari untuk sampai pada kemenangan. Hari dimana segala macam urusan yang berkaitan dengan puasa sudah selesai. Puasa ramadhan sudah mau meninggalkan kita, tentu kita bersedih. Berharap tahun depan bisa berjumpa lagi dengan suasana yang berbeda, penuh semangat dan lebih berkualitas. Namun tidak ada yang bisa menjamin tahun depan bisa berjumpa kembali dengan bulan ramadhan. Dan ini seharusnya yang menjadi evaluasi pertama dan yang utama dalam menjalani puasa tahun ini. Sehingga proses dalam meraih keberkahan dan nilai baik puasa akan bisa dicapai semaksimal mungkin.

Dalam menyambut hari raya Idhul Fitri, umat Islam tentu sangat gembira dan senang sekali, menyambut hari kemenangan, yang sebelumnya sudah menjalani ibadah puasa satu bulan penuh dengan perjuangan bukan dengan penderitaan, penuh dengan keikhlasan bukan dengan keserakahan, penuh dengan perdamaian bukan dengan perseteruan, penuh dengan persatuan bukan dengan pertikaian.

Sikap optimis harus terus menjadi landasan fundamental dalam menjalani rutinitas apapun. Puasa satu bulan mengajarkan kita untuk tidak bersikap pesimis, skeptis, malas-malasan dan ugal-ugalan. Umat Islam harus memiliki orientasi berkemajuan yang mampu melahirkan produk-produk unggulan dalam membentengi diri dari gerogotan paham-paham radikalisme dan kapitalisme.

Menjaga kesucian ramadhan tidak hanya pada waktu bulan itu saja, ramadhan seharusnya menjadi sarana perbaikan sistem hidup dibulan-bulan lainnya. Umat Islam diharapkan akan menempati barisan garda terdepan dalam menopang segala macam keresahan yang terus mengalir saat ini, seperti adanya fitnah, hoax, dan ujaran kebencian. Fenomena ini sangat riskan, lebih-lebih di era millenial ini. Ujaran kebencian, fitnah, hoax, terus mengalir tanpa mengenal waktu. Walaupun sudah banyak himbauan mengenai masalah tersebut, tapi tak semuanya bisa berhasil. Ini memang sesuatu yang perlu dijihadi sungguh-sungguh. Tidak bisa hanya sekedar di orasikan, tapi harus ditunjukkan dan diarahkan.

Mengahadapi tahun politik yang sangat pelik tahun ini, yang kian mencekam dan panas, sangat menentukan seberapa besar pengaruh kelulusan dalam berpuasa. Menahan diri dari segala jebakan provokasi. Mampu melawan segala macam penyakit jiwa yang nista seperti korupsi dan kleptomania, arogan, dan anarkis.

Jihad politik yang baik dan benar bukan mengatasnamakan agama, bukan main curang, culas dan lain-lain. Jika karena kekuasan, agama terus dijadikan alat politik maka jelas cara-cara seperti itu tidak pancasilais. Maka dalam hal itu ada upaya menentang ideologi bangsa kita yang berasaskan Pancasila.

Marhaban ya Idhul Fitri, kita harus yakin bahwa bangsa ini akan kuat dan solid. Karena sejatinya puasa itu menanamkan nilai-nilai kebaikan untuk bangsa. Menaruh perhatian besar terhadap bangsa. Seperti apa yang dikemukakan Mas Toni Arvianto seorang pemerhati sosial di Indonesia, Tantangan kita ke depan semakin berat dan ancamannya semakin lengkap. Jika tidak bersatu, maka masa depan kita dipertaruhkan. Contoh dan keteladanan ulama dan umaro tetap jadi patokan, walaupun diakui atau tidak bahwa semakin banyak ulama dan umaro yang tidak bisa dipercaya karena sering menzolimi umatnya. Degradasi dan moral hazard menyebar kemana mana, itulah pekerjaan rumah yang harus dituntaskan pasca kita berpuasa.

Wallahu a'lam bisshowab
Read More

Jumat, Juni 08, 2018

Tradisi Buka Puasa Bersama Di Desa

Tradisi Buka Puasa Bersama Di Desa

Buka bersama dalam rangka santunan anak yatim: GP ANSOR Kec. Pasongsongan
Penulis: Moh. Syahri

Atorcator.ComBuka bersama istilah zaman now Bukber, memang biasa dilakukan oleh kalangan kaum muslimin dan muslimat. Memilih tempat yang strategis untuk dijadikan bukber juga menjadi prioritas tersendiri. Melihat warung makan, depot, resto, angkringan, sampai penjual kaki lima banyak dipenuhi oleh para shoimin shoimat untuk berbuka puasa.

Buka bersama tidak hanya dilakukan oleh kalangan para elit, masyarakat desa juga tidak kalah saing dalam mentradisikan buka bersama ini, bahkan saya melihat lebih antusias dan semangat, walaupun antusiasnya masyarakat desa dalam memulai buka bersama tidak dari awal ramadhan. Dalam melaksanakan buka bersama masyarakat desa banyak di dorong oleh kesadaran kolektif akan pentingnya kebersamaan dalam menjalin silaturahmi.

Tradisi buka bersama di desa tetap memiliki aturan normatif yang perlu diperhatikan oleh seseorang, Biasanya, buka puasa bersama di desa dilaksanakan atas undangan seseorang yang mana pengundang menyediakan makanan kepada para tamu undangan. Tamu undangan turut hadir dalam memenuhi undangan tersebut, bukan berarti mereka kekurangan makanan dan minuman tetapi lebih dari itu mereka bermaksud untuk menghargai pengundang, sehingga disinilah nilai penting yang bisa diambil dalam bukber yang istilah lainnya bermuatan silaturahmi.

Rasulullah Saw. pun telah menganjurkan umatnya untuk menyediakan hidangan berbuka untuk orang yang berpuasa.

عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا


‏”Dari Zaid bin Khalid Al-Juhany, Rasulullah Saw. bersabda “Barangsiapa memberikan hidangan berbuka puasa bagi yang berpuasa, maka baginya seperti pahala yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang berpuasa”

Dalam pelaksanaan buka bersama, masyarakat desa mayoritas melakukannya pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, istilah di desa saya itu maleman salekor (21) ada juga maleman sakemik (25) dan ada juga maleman petolekor (27). Tradisi seperti ini seakan-akan mendarah daging di masyarakat desa. Terlepas ini merupakan sebuah kebiasaan dari para leluhur, tradisi seperti ini tidak tercela. Tergantung bagaimana kita melihat peristiwa ini karena pada dasarnya tradisi seperti ini jelas sangat bermuatan silaturahmi. Bahkan sangat penting untuk terus dilestarikan.

Setiap rumah hampir semuanya melaksanakan acara buka bersama ini. Pelaksanaan buka bersama yang dilakukan masyarakat desa tidak hanya sekedar buka bersama saja, tetapi ada semacam ritual keagamaannya seperti baca fatihah, yasinan, bahkan ada yang sampai tahlilan dan ceramah. Ini Merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa yang dimiliki masyarakat desa.

Hal semacam ini sangat penting untuk dilakukan agar tidak mengurangi keberkahan dalam berbuka dan silaturahmi. Berdzikir, membaca Al-Qur'an dan berdiskusi sebenarnya hal penting untuk terus ditanamkan dalam diri kita, lebih-lebih dilaksanakan menjelang buka bersama. Suasana kekeluargaan harus terus dibangun dengan obrolan yang positif dan bermanfaat seperti yang disabdakan Rasulullah Saw:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ “‏ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ ‏”‏‏


Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw beliau bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta, beramal dengannya, dan kebodohan. Maka Allah tidak menerima amalan dia meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari)

Di tengah sengkarutnya persoalan sosial, kekerasan secara samar yang kelindan, dan ujaran kebencian secara terus menerus, justru masyarakat desa banyak melakukan pendekatan spiritualitas secara masif yang dikemas dengan buka bersama. Selain itu, banyak hal yang menjadi tanggung jawab bersama dalam kehidupan bersosial. Dalam satu kesempatan saya diundang oleh GP ANSOR Kec. Pasongsongan dalam rangka santunan anak yatim sekaligus buka bersama. Dalam sambutan ketua GP ANSOR atau yang mewakili, beliau menekankan untuk terus menjaga persatuan, mewaspadai gerakan radikalisme yang belakangan ini semakin masif. Bahkan banyak lembaga pendidikan yang sudah disusupi gerakan tersebut.

Buka bersama merupakan sarana untuk memperbanyak ibadah, menyiarkan ajaran islam, menyuarakan kebenaran dan perdamaian. Karena Indonesia bangsa yang kaya dengan budaya dan tradisi maka tentu banyak hal yang harus dijaga dilestarikan dan terus diperbaharui, tentu tetap dalam koridor hukum perundang-undangan syariat Islam.

Wallahu a'lam bisshowab
Read More

Selasa, Juni 05, 2018

Ungkapan Cinta Seorang Perempuan

Ungkapan Cinta Seorang Perempuan

Internet

Tentu kita pernah merasakan dicintai seseorang, baik itu oleh ibumu, ayahmu, saudara kandungmu dan siapapun yang kadang tidak disangka-sangka tiba-tiba muncul ungkapan rasa dalam hati seseorang kepada kita. Yang kadang membuat kita sulit membedakan dia itu fans atau tidak. Sehingga perlu kita melihat perlakuan yang ia tunjukkan setiap harinya. Jika itu hanya sekedar fans seharusnya bersikap sewajarnya saja tidak perlu bersikap lebih yang dapat menimbulkan kecurigaan dan kebaperan.

Dalam tulisan ini sebenarnya tidak lain dan tidak bukan hanya ingin melihat, dimanakah letak posisi strategis seorang perempuan dalam mengungkapkan perasaannya? Lazimnya laki-laki sering menjadi awal pengungkapan rasa cinta terhadap perempuan. Namun tidak menutup kemungkinan perempuan juga bisa menjadi orang yang pertama kali berani mengungkapkan perasaannya terhadap laki-laki. Dan ini kisah nyata terbukti pada seseorang yang memiliki tampang biasa-biasa saja namun menjadi sosok idaman seorang perempuan.

Ini merupakan praktik yang kebanyakan orang mengatakan hal yang mustahil bisa dilaksanakan. Memang ia, perempuan harus berada pada posisi yang kurang menguntungkan, mereka mau tidak mau harus berperan sebagai sosok pasif, yang sekedar menanti kedatangan laki-laki yang dikehendaki meminangnya. Hal ini tentu akan menjadi indah, apabila laki-laki yang diinginkankan untuk hadir dan meminang adalah sang pujaan hati, dengan tanpa mengurangi kehormatan dan harga dirinya sebagai perempuan (dalam  frame patriarkal).

Tidak ada larangan dalam agama apapun untuk mengungkapkan perasaan meskipun ia datang dari seorang perempuan terlebih dahulu. Lihat saja bagaimana Siti Khadijah mengungkapkan perasaannya terhadap kanjeng nabi Muhammad yang akhirnya nabi menikahi dia. Walaupun pada kisah ini banyak perbedaan pendapat mengenai siapakah yang pertama kali mengungkapkan perasaannya.

Kisah nabi Yusuf juga merupakan romantika bercinta yang berawal dari seorang perempuan. Siti Zulaikha yang sangat mencintai yusuf sempat menyampaikan isi hatinya dan maksud hatinya. Namun Yusuf menolaknya, dan lari menuju pintu untuk berusaha keluar dari ruangan tersebut. Lalu, Zulaikha mengejarnya dan menarik baju gamis Yusuf dari belakang, hingga baju tersebut menjadi koyak. Ini menandakan bahwa perempuan juga memiliki posisi dalam mengungkapkan perasaannya, sehingga Al-Qur'an melihat kisah ini tidak mencela dan melarangnya. Hanya saja dalam kisah ini tragedi pengungkapan perasaan yang kurang etis, dan ini harus diperhatikan betul oleh seorang perempuan.

Nah, dari kedua kisah di atas, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa terdapat dua orang perempuan yang sama-sama tertarik dengan lawan jenisnya. Tentu ini merupakan sesuatu yang perlu dan penting untuk kita kaji, sebagai bahan pembingkai langkah manusia, khususnya perempuan dalam mengekspresikan perasaan cintanya kepada lawan jenis. Selain itu, ini juga bisa menjadi tambahan hujjah bagi kalangan yang ingin mendebat golongan yang menolak eksistensi perempuan-perempuan yang memiliki hasrat untuk menyampaikan rasa cinta kepada lawan jenisnya.

Dan, sesungguhnya tidak benar jika seorang perempuan tidak diperbolehkan mengungkapkan perasaan cintanya kepada lelaki pujaan hatinya, atas dasar argumentasi tidak ada tuntunan agama atau tidak etis. Yang perlu diluruskan kembali adalah perihal cara pengungkapannya, yaitu melalui perantara orangtua, jika tidak ada; dapat menggunakan bantuan tim sukses yang dapat diambil dari orang-orang di sekitarnya, yang sekiranya mampu membantu menyampaikan isi perasaan perempuan tersebut. Jika pun terpaksa tidak ditemukan perantara yang tepat, seorang perempuan tetap diperbolehkan untuk mengungkapkan perasaannya, dengan catatan cara yang santun lagi tidak bertentangan dengan kondisi adat yang umum ada, dan utamanya bertentangan dengan agama.

Wallahu A’lam bisshowab

Santri Mahasiswa Al-Hikam Malang
Read More