September 2019 - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Senin, September 30, 2019

Rancang Aksi Teror Abdul Basith, Bukti Mana yang Kau Dustakan, Rektor IPB?

Rancang Aksi Teror Abdul Basith, Bukti Mana yang Kau Dustakan, Rektor IPB?

Penulis: Ninoy N Karundeng
Senin 30 September 2019
Sindo-news

Atorcator.Com - Abdul Basith. Dosen IPB. Pembuat onar, rusuh dan teror namanya teroris! Tetangga saya itu sudah lama aktif bergerak. Untuk kegiatan masjid-masjid di Tangerang, Bogor, Bekasi, dan lainnya. Rumah satunya lagi di Bogor. Dia dipanggil Profesor oleh para pengikutnya di kampung-kampung.

Top. Marketop. Tak ada bandingannya. Sok alim. Sok sholeh. Muka kadang dihias jenggot tentu. Kedok bermental teroris. Ternyata. Bom molotov ditemukan di rumahnya. Yang mau ngebom pakai bom molotov kalau bukan mental teroris apalagi? Ya khilafah. Ya ISIS.

Maka Abdul Basith itu ditangkap Densus 88. Detasemen Khusus penangan TERORISME. Ngincer kegiatan para teroris. Lainnya Sugiono atau Laode, Yudhi Febrian, Aliudin, Okto Siswantoro, dan H Sony Santoso. Mereka berencana melakukan teror. Pakai bom. Untuk membakar Jakarta. Kerusuhan.

Reaksi muncul. Rektor IPB cuci tangan. IPB  menyatakan tidak ada kaitannya Basith dengan kegiatan akademik IPB. Ya begitulah ngeles. Mengingkari fakta dia aktif bergerak di IPB. Bahwa ada manusia gelandangan Khilafah di IPB.

Gue kasih tahu ya Arif Satria. Lu Rektor itu ibarat Bapak yang buang anak. Ketika anaknya menjadi tersangka terorisme. Oh anak saya benar tinggal di rumah saya. Namun, anak saya tidak ada kaitannya dengan kegiatan rumah kami. Kami tidak bertanggung jawab.

Namun, Rektor IPB Arif Satria buru-buru menemui Abdul Basith. Buat apa? Ya mau senada dengan narasi awal. Tidak ada kaitan antara kegiatan membuat rusuh, terorisme Basith dengan IPB. IPB hanya mencetak Felix. Mencetak para bigot – yang salah satunya si otak sengkleh pendukung Khilafah. Abdul Basith.

Dan lebih asyik lagi. Rektor IPB pura-pura menyatakan prihatin. Padahal jelas perbuatan sangkaan terorisme rancangan membuat kerusuhan chaos adalah kejahatan melawan negara. Tidak sedikit pun Rektor IPB mengecam. Malah prihatin. Arti prihatin adalah kesedihan dan simpati.

Apakah memang kekuatan, mental khilafah begitu menakutkan di IPB bagi siapa pun? Bahkan Rektor IPB pun tidak berani mengecam aksi teror Basith? Tidak berani mengeluarkan pernyataan keras? Pecat misalnya.

Ya apa karena fakta dia bisa tersingkir kalau sangar terhadap HTI dan khilafah – yang diduga sangat kuat berakar di IPB? Buktinya? Jelas. Dosen itu malang-melintang membina mahasiswa. Aktif di masjid. Kampus sana-sini. Bahkan di Tangerang, Bekasi, Bogor.

Dan akhirnya, Abdul Basith maksimal merencanakan chaos. Kerusuhan. Dengan bom molotov. Edan. Dan Rektor IPB cuma prihatin? Normatif.

(Maka menjadi sangat confirmed sinyalemen kaitannya pertemuan-pertemuan antara tanggal 12-23 September 2019 lalu yang menunjukkan koordinasi sel-sel teror dan para penjahat negara.)

Mulut Rektor IPB 11-12 dengan Humas IPB. Juga congor yang disampaikan oleh istrinya. Himbauan simpati dan keprihatinan. Ini otak rada-rada edan. Perencana teror. Chaos. Kok minta belas kasihan. Otak playing victim. Minta dikasihani. Seolah perbuatan suaminya adalah perbuatan baik. Musibah. Padahal yang dilakukan adalah dugaan rancangan kejahatan.

Kegilaan ala Rektor IPB, Humas IPB, dan istri Abdul Basith, lalu nanti muncul alumni IPB berkoar membela atau cuci tangan mirip Rektor IPB, adalah gambaran kegilaan akademis. Mereka sepakat berkoor sama nada, sama irama, satu tarikan napas.

Khilafah sudah merasuk dalam jantung universitas-univerisitas – salah satu bukti ya  dicokoknya Abdul Basith ini. So, bukti mana lagi yang akan kau dustakan, Rektor IPB? Kok mulutmu cuma prihatin dan tidak mengecam? (Penulis: Ninoy N Karundeng).
Read More
Kisah Komandan Banser Pertama di Kota Nganjuk

Kisah Komandan Banser Pertama di Kota Nganjuk

Penulis: Ainur Rofiq Al Amin
Senin 30 September 2019




Atorcator.Com - Kisah ini saya tulis bukan bermaksud mempolitisir kasus PKI seperti yang terjadi saat pilpres saja. Kisah ini saya tuangkan agar menjadi pengingat bagi generasi milineal bahwa provokasi terhadao warga NU dan perbuatan makar akan sangat berbahaya dampaknya.

Beliau adalah Kiai Musthofa dari Bonggah, Ploso, Nganjuk. Beliau juga sebagai GP Ansor sekaligus komandan banser 1965 pertama kali di Nganjuk. Ayah Kiai Musthofa adalah bendahara NU pertama di Nganjuk. Berikut adalah penggalan kisahnya yang dituturkan oleh putra Kiai Musthofa sebut saja Kang GPN (sang putra tidak mau disebut namanya). Kisah ini diceritakan ke saya Ahad kemarin saat Kang GPN nyambangi anaknya yang mondok di Tambakberas.

Saat tahun 1960-an, PKI mulai membesar dan menyebar di kota/kabupaten di Jawa. Tidak ketinggalan di Nganjuk seperti di kampung Ploso, PKI juga berkembang pesat,  bahkan bisa disebut basis. Karena merasa besar, anggota PKI yang memang gampang bergesekan dengan warga NU sering memberi panggilan yang jelek kepada warga NU.  Semisal saat memanggil muslimat NU dengan sebutan "jaran krudungan" alias kuda yang berkerudung. Tentu seperti ini membangkitkan kegeraman kepada Kiai Musthofa muda.

Kegeraman semakin terakumulasi karena provokasi sering dilakukan. Semisal, suatu saat Kiai Musthofa pernah mencari anggota Banser di wilayah Njipangan, Nganjuk. Namun saat di tengah jalan,  beliau dilempari batu oleh PKI. Beraninya PKI ya hanya main lempar,  bukan berhadapan.

Sedemikian massif PKI memprovokasi warga NU, maka Kiai Musthofa yang sebenarnya sabar -sebagaimana sabarnya warga NU pada umumnya- akhirnya tersulut juga. Kiai Musthofa yang pendekar jadug dan terkenal di Nganjuk ini pernah membakar panggung kesenian rakyat yang diselenggarakan oleh PKI. Alasan dibakarnya karena judul cerita atau lakonnya  adalah "Rabine Gusti Allah" (Nikahnya Allah). Tentu ini adalah penghinaan. Aksi pembakaran tersebut dirahasiakan sampai di masa tuanya karena dulu pernah dicari oleh keamanan. Kiai Musthofa juga sering membubarkan kesenian rakyat kledek yang diselenggarakan oleh PKI.

Sikap tegas Kiai Musthofa tersebut,  menjadikan beliau  pernah ditodong dengan karaben oleh tentara Tjakrabirawa yang asalnya dari Nganjuk. Tapi Kiai Mustofa justeru menyilakan. Namun si Tjakrabirawa malah takut.

Akhirnya saat meletus peristiwa 1965, Kiai Musthofa adalah salah satu eksekutor PKI yang pedangnya berbobot 5 kg. Kiai Musthofa mau menjadi eksekutor alasannya seperti dituturkan ke putranya,  "Kalau aku tidak membunuh PKI,  maka bila PKI menang, para santri akan habis dibunuh. Saya juga dibunuh,  dan kamu tidak akan lahir."

Nama eksekutor di sekitaran Nganjuk kota selain Kiai Musthofa adalah H. Muhtarom, H.Fadil, Pak Syukur, Pak Mukti, Pak Muksin.

Kiai Musthofa pernah mengekskusi sebanyak 57 orang PKI. Banyak kiriman anggota PKI yang hendak dieksekusi berasal dari Kodim.Tapi beliau juga pernah bersama rekan-rekannya  mengambil tokoh PKI di wilayah Mungkung. Beliau juga pernah menyandera tokoh PKI di kantor NU lama yang dulu disebut kantor banseran. Ada tokoh Gerwani saat mau dieksekusi hendak menyuap 5 sapi. Masih banyak kisah meyayat tapi tidak saya tulis. Namun saya menyadari situasi saat itu memang PKI sering menghina,  mengejek dan menimbulkan kemarahan kepada warga NU.

Kiai Musthofa  saat mengeksekusi pernah menyuruh PKI agar bersyahadat dulu. Kalau mau bersyahadat ya tetap dieksekusi karena memang PKI dianggap telah makar. Tapi paling tidak di akherat dalam kondisi muslim. Adakah saat ini yang masih mau makar di NKRI dengan mau mengganti sistem?

Setelah meletus peristiwa 1965, mushola di sekitar Kiai Musthofa penuh jamaah  baru yang tiada lain adalah anak buah PKI yang takut dieksekusi dan minta perlindungan.

Sikap tegas Kiai Musthofa terhadap PKI masih terbawa setelah peristiwa 1965. Suatu saat ada simpatisan yang bilang kalau lengan tanganya dibelek (dibelah), akan keluar palu aritnya. Hal itu terdengar Kiai Musthofa, maka tanpa ampun beliau menghajarnya hingga  lari ke kantor aparat. Di dalam kantor  tersebut tetap dihajar, setelah itu dilerai sama aparat. Aparat mengambil keputusan dengan menyuruh simpatisan tersebut untuk membalas. Kiai Mustofa mempersilakan untuk membalas sepuasnya, tapi justru simpatisan tersebut tidak berani membalas dan meminta maaf.

Di atas adalah kisah sejarah memilukan tentang tahun 1965, tentu sekarang PKI sudah tidak ada,  karena partainya sudah dibubarkan,  dan orangnya sudah habis. Hal yang perlu kita ambil  pelajaran adalah jangan mengkhianati NKRI dan menghina warga NU secara terus menerus dan massif.

Untuk Kiai Musthofa, lahul Fatihah. [Source Status Facebook Ainur Rofiq Al Amin]

*Foto pertama saat Gus Ma'shum bersama Kiai Musthofa di ndalem Kiai Musthofa. Foto kedua Kiai Musthofa dengan sang putra.
Read More
Tak Ada yang Abadi, Kecuali Lord Wiranto

Tak Ada yang Abadi, Kecuali Lord Wiranto

Penulis: Dedik Priyanto
Senin 30 September 2019

Atorcator.Com - Satu nama yang terus-terusan berdengung di telinga mahasiswa sejak 21 tahun lalu adalah Wiranto. Saya mengenalnya sebagai seorang yang nyaris abadi, tampak tidak berubah secara gaya rambut dan selalu berada di televisi untuk–yah apa saja–termasuk menenangkan suasana, menurut dia.
Lelaki berumur 72 tahun lalu itu merupakan jenderal pengelana di lingkar keuasaan negeri ini. Sederhanya, Wiranto ada di mana-mana dan mungkin sedang berada di sekitar Anda sekarang ini, siapa bisa mengira? Dalam salah satu periode terkelam Republik ini ia selalu memiliki peran, ia Panglima TNI periode 1998-1999 dan dianggap bertanggung jawab pelbagai kerusuhan waktu itu.
Di era generasi Z yang demo dengan poster lucu-lucu ini, selain Presiden, ia orang yang harusnya paling tanggung jawab terhadap kondisi dan gaduhnya perpolitikan tanah air, serta beberapa keputusan kontroversial. Dan, yah, ia adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Ketika ’98 meletus, saya masih SD dan melihat sosoknya di berita dan berbicara tentang mahasiswa, presiden dan kerusuhan. Dan, tatkala 2019 ini dan saya mulai berkeluarga, ia, Lord Wiranto, masih berada di tempat yang sama, di sisi Presiden, dan membicarakan tidak jauh dari apa yang ia bicarakan puluhan tahun lalu.
Simak saja ini, menyikapi demo mahasiswa dan didukung publik ini terkait kekonyolan demi kekonyolan yang dilakukan DPR terkait undang-undang:
“Saya kira yang dihadapi kelompok yang mengambil alih demo mahasiswa itu bukan murni untuk mengoreksi kebijakan lain, tapi telah cukup bukti mereka ingin menduduki DPR dan MPR, agar DPR tidak dapat melaksanakan tugasnya, dalam arti DPR tidak dapat dilantik dan lebih jauh lagi tujuan akhirnya menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih,” kata Wiranto saat jumpa pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2019).
Padahal, tidak ada yang berbicara turunkan atau gagalkan presiden. Kalau pun toh ada, sifatnya minor. Tuntutan mahasiwa dan publik lebih ke DPR dan pemerintah agar tidak berlaku dzalim. Tapi soal penurunan Jokowi?
Memang realitas politik seperti ini harus diakui ada dan kita tidak bisa menutup mata. Dalam setiap aksi maupun kegaduhan, pasti pihak oposisi atau siapa pun yang tidak suka terhadap rezim, akan berusaha menunggangi. Caranya bagaimana? Saya tidak tahu, Pak Wiranto, mohon maaf. Dan, Pak Wiranto pasti lebih paham–dengan segala pengalaman-pengalamannya tentu saja.
Tapi satu hal yang pasti, desakan publik terkait belakangan murni karena ya DPR yang terlalu naif dan bakal meloloskan Undang-undang yang efek publiknya akan jadi karet, mirip seperti UU ITE. Mulai dari RKUHP yang isinya banyak lucu-lucu itu hingga UU KPK yang disahkan dan dianggap melemahkan pembertasan korupsi.
Di posisi ini, jenderal Wiranto sebagai orang yang bertanggung jawan terhadap keamanan dan ketertiban negeri ini agaknya harus memilah lagi cara bicara ke publik. Biar, tentu saja, tidak jadi guyonan publik lagi, seperti di bawah ini.
“Gerakan gelombang baru ini kita harus waspada karena akan mengerahkan kelompok garis keras, juga akan melibatkan suporter. Suporter bola kaki pun disasar untuk dilibatkan dalam gerakan itu,” katanya.
Di kalangan suporter, kalimat himbauan ini tentu saja bulan-bulanan. Kenapa harus suporter? 


Jangan mau jadi kambing hitam sups.

Pastikan kalau kita melakukan sesuatu tahu dasarnya, bukan hanya sekadar ikut-ikutan. Yakini kebenaranmu.
Semoga Negara dan Sepakbola kita segera sehat kembali.

Selamat Week End sups

Kalau dilihat dari reply cuitan @infosuporter ini terlihat jelas bagaimana lucunya komentar ini. Anda tidak perlu capek nyekroll  cukup baca 1-2 komentar, seperti ini: diem bae salah apalagi gerak..hmm suporter ora sepele lho wir atau bapak mau saya sleding?… eh tapi takut ding, sleding saya aja pak dan seterusnya, dan seterusnya.
Apalagi, efek dari sini, beredar banyak informasi palsu di grup-grup whatsapp akan ada pergerakan suporter dan semuanya gabung jadi satu dan demo menggulingkan presiden. Bahkan, Viking-The Jak yang sukar untuk bersama saja akan ikut, demi apa? Ya demi gagalnya pelantikan, seperti kata Wiranto.
Jadi, begitulah Pak Wiranto. Akan banyak hal yang bisa dituliskan tentangnya. Tapi, satu hal yang pasti, beliau ini akan selalu ada di lingkaran kekuasaan dan tidak mungkin akan membuat kekonyolan–atau di level bahaya, adalah keputusan-keputusan yang tidak tepat terkait kebijakan keamaan. Termasuk penangkapan Dandhy Laksono dan Ananda Badudu bebera waktu lalu. Apapun alasannya, penangkapan adalah kesalahan dan keputusan yang sangat buruk, protes publik pun akan kian keras, Pak Wiranto.
Saya mungkin orang banyak sekali tidak sependapat dengan Dandhy, tapi menangkapnya hanya karena cuitan adalah lucu. Apalagi menangkap Ananda Badudu hanya karena ia dianggap membagi duit ke mahasiswa demo. Padahal, ia membuat donasi terbuka di kitabisa.com dan semua orang bisa lihat, begitu transparan dan kontribusi. Dan, Ananda adalah ikon kelas menengah dan anak muda, ia jurnalis dan musisi. Belum tahu aja kalau musisie Indie berkumpul, bisa gawat dunia, begitu katanya. Tapi tenang, itu guyon kok.
Segala kekacauan ini harusnya tidak terjadi jika Wiranto bisa membuat keputusan yang tepat dan tahu siapa yang bakal diajak bicara terkait konflik. Bukan sebaliknya, justru boomerang bagi pemerintah yang sedang ia kawal.
Tapi, Wiranto adalah Wiranto. Ia tetap abadi dan setegar karang, apapun yang terjadi. Persis seperti 21 tahun lalu ketika ia bicara tentang gerakan mahasiswa yang disusupi atau apalah namanya, sama kayak kejadian beberapa hari ini.
Teman saya, sesama jurnalis pun memberi komentar asyik selepas ia nonton film Rambo The Last Blood dan ada adegan terakhir ketika Silvester Stallone duduk di kursi goyang rumahnya dan menatap langit yang mulai maghrib.
“Rambo aja pensiun, Masak Wiranto Enggak?” Katanya.
Kujawab singkat, Tak ada yang abadi, kecuali Lord Wiranto.
*Tulisan ini sebelumnya dimuat di islami.co
Read More
Wali Mastur yang Dibongkar Kewaliyannya Oleh Kyai Hamid Pasuruan

Wali Mastur yang Dibongkar Kewaliyannya Oleh Kyai Hamid Pasuruan

Penulis: Muhammad Solehudin
Senin 30 September 2019


Atorcator.Com - Dulu, KH. Abdul Hamid Pasuruan pernah menerima tamu dari Kendal, hal ini memang menjadi kebiasaan bagi orang awam untuk meminta do’a kepada Allah melalui para wali-waliNya yang ada dimuka bumi, termasuk kyai Hamid Pasuruan yang kerap kali menerima tamu dari berbagai daerah dan kalangan, baik dari konglomerat maupun kaum melarat, pejabat maupun petani yang butuh hajat.

Nah, di saat si tamu ini akan pamit untuk pulang, kyai Hamid dawuh untuk menitipkan salam kepada seorang waliyullah yang selalu berada di pasar dan menyerupai orang gila (waqilah nama wali tersebut adalah Tsamud). Lantas si tamu tersebut keheranan dan bingung, masa iya orang gila yang ada di pasar tersebut adalah seorang wali? Lalu, si tamu ini bertanya pada kyai Hamid,

“Bukankan Tsamud adalah orang gila kyai?

Kyai Hamid pun menjawab “Beliau adalah wali besar yang menjaga Kendal dan Semarang, Rahmat Allah turun, bencana di tangkis itu berkat beliau, sampaikan salamku ini untuk beliau”.

Perawakan wali Tsamud memang macak (mirip) orang gila, rambut gondrong yang melilit-lilit serta tidak memakai baju, membuat orang-orang di sekitar pasar menganggap dirinya adalah orang gila, namun kelakuannya memang tidak menampakkan layaknya orang gila, beliau tidak mengganggu, dan terkadang beliau juga membantu para pedagang untuk menurunkan barang-barang dari dalam angkutan, dan seusai mengangkut barang, beliau tak pernah meminta upah sepeserpun  bahkan menolak jika ada yang memberinya upah dari para pedagang tersebut.

Singkat cerita, si tamu ini bertemu dengan wali Tsamud, disaat keadaan pasar sudah terlihat sepi, kemudian ia mulai bertatap muka dengan wali mastur (tertutup) tersebut.
“Assalamu’alaikum…”

Wali Tsamud memandangnya dengan pandangan menakutkan dan menjawab salam orang tersebut dengan nada agak tinggi “Wa’alaikum salam”.

Dengan badan gemetar orang tersebut memberanikan diri menyampaikan salam kyai Hamid

“Maaf mbah, sampean dapat salam dari kyai Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum”

Lantas wali Tsamud menjawab salam dari kyai Hamid, “waalaikum salam”, lalu berkata lagi dengan nada lebih tinggi,

“Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari para manusia, kok malah dibocor-bocorkan. Ya Allah, aku tidak sanggup, kini ada yang tahu siapa aku, lebih baik aku pulang saja, aku sudah tidak sanggup hidup di dunia”.

Kemudian wali Tsamud berdo’a, tak selang berapa lama lalu beliau berucap “La.. Ilaha Illallah… Muhammadur Rasulullah...”

Seketika itu, wali Tsamud wafat dihadapan orang tersebut, dan hanya orang itu yang tahu bahwa wali Tsamud yang dianggap gila oleh orang-orang sekitar adalah seorang wali besar.

Setelah sekian hari wafatnya wali Tsamud masih tak ada yang percaya bahwa beliau itu adalah wali, malah orang yang menyampaikan salam kyai hamid pun juga di cap sebagai orang gila karena menganggap wali Tsamud sebagai wali.

Wallahu ‘alam bil Showab.


Muhammad Solehudin Santri Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'had Aly Al-Hikam Malang
Read More

Minggu, September 29, 2019

Muhammad Al-Fayyadl Meminta Presiden untuk Tunduk kepada Rakyat dan Konstitusi

Muhammad Al-Fayyadl Meminta Presiden untuk Tunduk kepada Rakyat dan Konstitusi

Penulis: Redaksi
Ahad 29 September 2019


Atorcator.Com - 
Pegiat FNKSDA, Muhammad Al-Fayyadl atau biasa disebut dengan Gus Fayyadl Meminta untuk tetap fokus pada tujuan dari gerakan rakyat mahasiswa, buruh, tani yang sedang berjuang untuk menyuarakan aspirasinya atas kontroversinya UU KPK dan UU lainnya. Tokoh muda ini sangat konsisten dengan perjuangannya yang selama ini menjadi pijakan hidupnya untuk membela kaum muatad'ifin.


Gus Fayyadl menghimbau bahwa "Gerakan rakyat -- mahasiswa, buruh, tani, miskin kota ,harus tetap jernih menetapkan tujuan; kritik dan suara nyinyir kanan-kiri harus didengar tapi tidak perlu direaksi berlebihan. Tujuan kita cuma satu: memastikan Presiden tunduk kepada rakyat, kepada konstitusi yang benar, memastikan Negara tidak tersandera elite korporat yang busuk dan para penjahat HAM: ya parlamennya, ya presidennya, ya menterinya. Dalam situasi sekarang, mengganti Presiden adalah reaksioner. Aspirasi itu hanya memberi jalan bagi kelompok oligarki lain untuk masuk mengatasnamakan rakyat" tegas beliau katakan yang ditulis di akun Facebooknya 28 September 2019.

"Sembari itu, membangun kepemimpinan alternatif: membuat rakyat kembali percaya kepada gerakan mahasiswa, buruh, miskin kota, petani, membuat rakyat kembali berorganisasi dan berani menentukan nasibnya sendiri", tambahnya.

Gus Fayyadl menyatakan bahwasanya Tidak ada urusan dengan isu "pemberontakan" atau "makar". Isu pokok gerakan rakyat adalah menyelamatkan Negara. Mahasiswa, para pelajar STM, dan elemen rakyat yang sedang dan telah turun jalan dan tetap mengidentifikasi diri sebagai bagian dari gerakan rakyat... sahabat-sahabat sekalian adalah para pahlawan Negara yang sedang berjuang melindungi Negara. Bahwa ada satu-dua insiden dan kekeliruan reaksi di lapangan, itu tak menghilangkan tujuan besar yang sedang sahabat tempuh". Hal ini beliau tulis di akun Facebooknya.
Read More
Jangan Biarkan Jokowi Sendiri, HTI Tunggangi Demo, Hindari Maritir

Jangan Biarkan Jokowi Sendiri, HTI Tunggangi Demo, Hindari Maritir

Penulis: Ninoy N Karundeng
Ahad 29 September 2019


Atorcator.Com - Yang saya tuliskan selama sepekan ini terbukti. Mereka akan terus membuat kisruh. Tak akan berhenti selama 5 tahun. Upaya mendirikan negara khilafah, jika tidak ditindak tegas, maka akan semakin marak. Hukum tentang menindak penyebar ajaran khilafah tidak ada. Setiap ada kesempatan kisruh mereka akan memanfaatkannya. Bahaya laten khilafah. Maka jangan biarkan Jokowi sendirian.

Akibat Rekonsiliasi Politik Rusak Penegakan Hukum

Rancangan kerusuhan 22-25 Mei 2019 yang gagal total. Bravo Polri/TNI yang sigap dan taktis. Polri berhasil mengendus sampai ke aktor intelektualnya. Namun, sayangnya atas nama rekonsiliasi politik, para perusuh, para begundal, para pembunuh secara sengaja, kelompok khilafah yang akan menjerumuskan adu domba polisi membunuh demonstran, mereka tidak dihukum.

Komjen Polisi  M. Iqbal pun gagal mengumumkan aktor intelektual kerusuhan yang nyaris membuat perang saudara itu. Bahkan para perusuh anarkis pun sampai kini tidak jelas – bahkan mungkin telah dibebaskan. Atas nama rekonsiliasi politik. Maka mereka tidak kapok. Tidak jera.

Tak pelak. Eks Kampret alias Kadal gurun dan Taliban  turun di jalanan. Tujuan mereka jelas untuk menjatuhkan Jokowi. Sahih. Mahasiswa yang bergerak sangat berbahaya karena berpotensi ditunggangi oleh Khilafah, HTI, Ikhwanul Muslimin, dan kaum Monaslimin, koruptor, dan para pengkhianat bangsa.

Saya sore tadi datang. Melihat. Indikasi ditunggangi semakin besar. Bukan hanya di depan gedung DPR/MPR. Dari sekitaran tampak Gedung DPR/MPR, logistik disediakan oleh gerakan Khilafah. Mereka tak segan memaksakan diri masuk, walau harus menggeser barikade beton. Dengan atas nama agama, mereka mengintimidasi Polisi dan TNI. Untung mereka sabar. Dari tampilan cingkrang, jidat hitam, plus jenggot, dan omongan bergaya agamis, mereka adalah confirmed khilafah.

Salah Antisipasi

Gerakan membakar hutan benar terjadi. Inisiasi pembakaran sudah sejak Februari 2019. Sayangnya antisipasi kurang. Ini harus disadari sepenuhnya. Memang di dalam tubuh pemerintahan, entah itu gubernur, bupati, camat, lurah, disinyalir banyak sekali  eks Kampret, kadal gurun, dan Taliban. Tentu mereka akan ogah-ogahan bekerja. Jangankan memadamkan api kebakaran hutan dan lahan. Mendukung kinerja Jokowi pun mereka oposan. Enggan.

Begitu kekeringan maksimal, ditambah kekalahan kontestasi politik, maka kebakaran hutan dan lahan adalah kesalahan Jokowi. Itu yang disebut oleh Kampret.  Juga Fadli Zon. Akibat teriakan Zon, maka para eks Kampret pun selfie dan foto-foto di lahan kebakaran. Senang. Tujuannya mendiskreditkan Jokowi.

Secara sistematis revisi UU KPK dan revisi KUHP dijadikan polemik. Terlepas dari kesalahan akibat tidak ada sosialisasi. Mana pasal yang direvisi. Mana yang tidak. Apa tujuannya.Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) gagal berperan menjadi PR Pemerintahan Jokowi-JK. Gagal. Yang lumayan berhasil bidang informatika – jaringan internet. Akibatnya? Pelintiran informasi lebih dominan.

Kondisi ini ditambah lagi bebalnya DPR untuk memaksakan revisi. Bahkan pengesahan revisi KUHP secara serampangan dan tergesa-gesa. Lagi-lagi sembrono. Ini terbukti dari 11 pasal yang sangat Jokowi sudah ingatkan untuk ditunda. DPR tetap tidak  sensitif. Maka demo makin membesar.

Pendukung Jokowi Terpecah

Untuk kali pertama Netizen waras pendukung Jokowi terpecah. Bahkan dalam satu ruangan relawan yang sama. Tentu karena ada kepentingan. Entah apa. Yang jelas, di tengah rancangan menuju Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih 20 Oktober 2019, gerakan untuk tidak melantik Jokowi bergema. Itu bergema di Yogyakarta.

Para mahasiswa itu tak sadar telah dimanfaatkan oleh gerombolan kadal gurun, Taliban, Monalismin, yang mirip dengan ketika KAMI  saya ikut terlibat penggulingan eyang saya Presiden Soeharto di 1998 – ditunggangi oleh Amien Rais. Tak disangka dia adalah wujud provokator. Kadal gurun. Rakyat paham.

Hindari Korban Tewas

Maka menghadapi provokasi demo-demo di depan DPR – dengan selebaran dan ajakan viral melalui media sosial – dibutuhkan martir. Ada yang tewas. Setelah pembunuhan di 22 Mei 2019 gagal total. Kini mereka akan melakukan pola yang sama.

Perlu diwaspadai upaya membuat martir dari pendemo. Satu nyawa saja melayang maka akan dikapitalisasi menjadi isu seperti Mei 1998. Jokowi jadi target.

Polisi dan TNI pasti akan menahan diri menghadapi mahasiswa di DPR. Yang penting adalah Polri dan TNI menjaga gedung DPR dan obyek vital dari gerakan mahasiswa yang sudah disusupi khilafah tersebut.

Oleh sebab itu maka, tak ada jalan lain. Para relawan Jokowi dan pendukung Jokowi. Pencinta demokrasi. Pembela NKRI harus siap-siap bergerak melakukan perlawanan terhadap gerakan khilafah yang menunggangi mahasiswa tersebut.

Sekali lagi. Yang harus dihindari adalah jatuhnya korban. Persis seperti kasus 22 Mei 2019 lalu. Polri dan TNI bertindak taktis. Tanpa peluru tajam. Hingga rancangan membuat kerusuhan menggagalkan pelantikan Jokowi-Amin 20 Oktober 2019 dapat ditekuk. (Penulis: Ninoy N Karundeng).
Read More
Bagaimana Hukum Demonstrasi Menurut Ulama Kontemporer

Bagaimana Hukum Demonstrasi Menurut Ulama Kontemporer

Penulis: Mohammad Hafid
Ahad 29 September 2019


Atorcator.Com - Wajah Indonesia akhir-akhir ini terlihat buram dan murung. Ada banyak isu dan permasalahan pelik yang muncul didalamnya khususnya ditahun politik. Mulai  dari awal tahun politik seperti adanya saling serang antara kubu satu dengan kubu lainnya, kriminalisasi berkedok makar, kisruh Papua, dan kebakaran hutan, hingga ke yang paling terbarukan seperti isu pelemahan KPK, dan usaha pengesahan RUU KUHP aneh serta kontroversial menjadi bukti autentik buram dan murungnya Negara kita.

Suasana menjadi tidak elok, penuh ketegangan dan bahkan dipandang berada dalam kondisi tidak baik serta memperihatinkan. Sehingga kaum muda yang terdiri dari mahasiswa se-Indonesia terketuk hatinya untuk turun ke jalan melakukan unjuk rasa atau demonstrasi selama dua hari ini.

Untuk rasa atau demonstrasi (demo) diartikan sebagai bentuk gerakan protes yang dilakukan dimuka umum untuk menyampaikan aspirasi, mengontrol, menolak dan menentang sebuah sikap, kebijakan serta lain sebagainya. Unjuk rasa ini umumnya dilakukan oleh mahasiswa dan boleh juga dilakukan kelompok tertentu. Ya, walaupun kadang dilakukan dengan cara anarkis seperti pengrusakan dan pembakaran.

Selanjutnya, pertanyaan yang harus dipikirkan  oleh kita sekarang sebagai umat Islam adalah bagaimana kita menyikapi perbuatan demo tersebut? Apakah ia menjadi sesuatu yang dilegalkan dalam islam sebagai agama kita? Atau malah sebaliknya? Terus bagaimana tanggapan ulama kontemporer akan eksistensinya?

Unjuk rasa atau demonstrasi secara detail dan tersurat memang tidak pernah ditemukan dalam Al-Qur’an, hadis dan kajian ulama klasik. Sehingga menjadi tanggung jawawb ulama’ kontemporer untuk memberikan jawaban dan kajian terkait hukumnya. Agar islam juga bisa tetap dikatakan sebagai agama yang hidup dan adaptif terhadap permasalahan baru.

Unjuk rasa sebagai produk hukum kontemporer yang belum ditemukan padanannya dalam kajian fikih islam klasik tentunya berada dalam ranah fikih. Bukan dalam ranah sayariat. Namanya fikih pastinya tetap memiliki dua kemungkinan hukum dalam pandangan ulama. Boleh dan tidak boleh. Dari itu, ulama kontemporer tidak dalam satu sata terkait hukumnya.

Ada yang mengatakan boleh seperti Dr., Yusuf al-Qardhawi, Dr., Salman al-Audah, Dr, Mohammad shaleh al-Munjid, Dr., Anwar al-Dabbur, Dr., Anas Abu Atha’ dan beberapa lembaga fatwa ulama lainnya seperti di Mesir, di Irak dan negara lainnya.

Di samping itu, ada yang tidak memperbolehkan seperti kelompok ulama yang mengatasnamakan kelompok ulama Salafi seperti Syekh Nasiruddin al-Albani, Syekh Muhammad bin Shaleh al-Ustsaimin, Syekh Adul Aziz bin Baz, Syekh Shaleh al-Fauzan dan lain sebagainya. Karena menurut mereka, perbuatan ini tidak dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya sehingga termasuk bid’ah yang harus dihindari. Disamping itu, perbuatan dimaksud dikatagorikans sebagai bentuk tasyabbuh dengan orang-orang kafir.

Bagi kalangan ulama kontemporer yang memperbolehkan, sekalipun perbuatan ini tidak diatur secara tersurat dalam Al-Qur’an dan Hadis namun adanya ayat ayat dan hadis yang berbicara tentang anjuran menyuruh kepada kebaikan dan anjuran mencegah kemungkaran sudah menjadi bukti kuat akan kebolehan perbuatan demontrasi.

Allah berfirman dalam surah Ali Imran Ayat: 104 berikutt:

ولْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنْ الْمُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS:Ali Imran: 104).

Ditegaskan kembali oleh sabda Nabi Muhammad saw berikut:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْماَنِ.

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu lakukanlah dengan lisannya, dan jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim:49/78)

Mereka menalar dan mengambil kesimpulan dari ayat dan hadis diatas khususnya, bahwa amar makruf nahi mungkin merupakan sebuah kewajiban bagi umat islam. Sedang unjuk rasa dan demonstrasi menjadi salah satu cara dari sekian banyak cara untuk membangkitkan semangat amar makruf dan nahi mungkar. Maka dari itu, perbuatan ini masuk kedalam bagian dakwah nahi mungkar melalui tindakan dan sikap.

Bahkan bagi mereka perbuatan ini bisa menjadi wajib pada kondisi-kondisi tertentu berdasarkan kaidah  ma la yatimmul wajib illa bihi fahuwa wajib (sesuatu yang menjadi media terlaksananya sebuah kewajiban maka juga menjadi wajib dilakukan). Init terjadi jika didasarkan pada pendapat ulama tentang kewajiban perintah dalam ayat dan hadis di atas.

Intinya, berdasarkan ranah perbuatan ini termasuk dalam katagori fikih maka hukumnya berada diantara dua pendapat dari kalangan ulama kontemporer. Boleh adan tidak boleh. Berdasarkan dalil yang sudah dikemukakan diatas. Akan tetapi bagi penulis, bisa ditarik benang merah bahwa demontrasi yang dilakukan dengan cara yang baik dan sopan tentunya tidak jadi masalah dan diperbolehkan.

Berbeda jika sebaliknya. Ia dilakukan dengan dengan cara kotor dan anarkis tentunya menjadi sesuatu yang hina dan tidak dapt diperbolehkan. Karena sejatinya amar makruf nahi mungkar bagaimanapun bentuknya tetap harus dilakukan dengan cara yang baik dan beretika. Wallahu A’lam

Lihat: al-Mudzaharat al-Silmiyah Bain al-Masyru’iyyah wa al-Ibtida’: Dirasah Muqaranah, Ismail Muhammad al-Buraisyi, halaman 143-144)

*Tulisan sebelumnya dimuat di BincamgSyariah

Mohammad Hafid Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam Sekolah Tinggi Ilmu Syariah As Salafiayah STISA Sumber Duko Pakong Pamekasan
Read More
Permadi Politikus Senior Partai Gerindra Berencana Lengserkan Jokowi Sebelum Pelantikan

Permadi Politikus Senior Partai Gerindra Berencana Lengserkan Jokowi Sebelum Pelantikan

Penulis: Redaksi
Ahad 29 September 2019


Atorcator.Com – Isu yang beredar belakangan ini ada upaya melengserkan Jokowi dan upaya mengganggu pelantikan presiden terpilih Joko Widodo 20 oktober mendatang sepertinya menjadi isu yang sangat diperhatikan betul oleh aparat. Sebelumnya Panglima TNI Hadi di Lanud Halim Perdanakusuma mengatkan dalam konfrensi persnya siapapun yang menghalangi pelantikan presiden maka berhadapan dengan TNI.

Pasalnya, pelengseran Jokowi sebelum pelantikan ternyata direncanakan oleh Permadi Politikus Senior Gerindra. Hal ini diungkapkan secara terang-terangan di depan wartawan.

Seperti dilansir oleh CNN, Pernyataan itu disampaikan Permadi usai menggelar pertemuan tertutup dengan Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) Mayjen (Purn) Sunarko hingga Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath di kediaman pribadi Permadi di Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (28/9).

"Sebelum pelantikan targetnya [menurunkan Jokowi], pokoknya sebelum pelantikan [presiden]," kata Permadi kepada para wartawan, Sabtu (28/9).

Berdasarkan pengakuan permadi langsung, ia sudah merencanakan dan meracang strategi dengan segenap elemen 212 dengan gerakan people power.

"Kita bagi pekerjaan. Kalau sudah langkah kita tetap kita juga mendatangkan habib yang menangani 212 supaya 212 ikut bersama dalam people power ini untuk memperkuat gerakan ini sehingga tujuannya berhasil," kata Permadi.


Hemmm….mari kita lihat komitmen TNI yang katanya akan berhadapan dengan TNI jika ada yang mau menghalangi pelantikan presiden. Kita tagih.
Read More
Mahasiswa Diminta Jangan Berhenti Berdemo Sebelum Perpu Dikeluarkan

Mahasiswa Diminta Jangan Berhenti Berdemo Sebelum Perpu Dikeluarkan

Penulis: Redaksi
Ahad 29 September 2019
merdeka

Atorcator.Com - Reaksi Mahasiswa menanggapi RUU KPK dan RKUHP yang dianggap kontroversial benar-benar menunjukkan idealismenya sebagai mahasiswa membela dan memihak akan kebenaran. Demo yang berlangsung beberapa hari ini tidak lepas dari apresiasi dan pujian dari masyarakat luas.

Maka tidak heran, jika ada beberapa yang meminta demo mahasiswa sebaiknya jangan berhenti sebelum perpu dikeluarkan oleh presiden Jokowi. Hal ini, sebagai bentuk sikap komitmen mahasiswa memperjuangkan aspiranya yang tak kunjung dipenuhi.

"Andai saja semua tuntutannya tidak dipenuhi Jokowi, yaitu menerbitkan Perrpu, maka demo terus. Demo jangan sekali dua kali selesai dan merasa dirinya aktivis," jelas analis Politik dari UIN Jakarta Adi Prayitno, Sabtu (29/8) seperti dilansir oleh CNN.

Ia juga meminta mahasiswa tak mudah goyah dengan komentar miring yang menyebut bahwa aksi itu ditunggangi kepentingan politik. Mantan aktivis 1998 itu mengatakan seorang aktivis harus tahan banting.

Pada eranya kritik yang dilontarkan tak pernah menyurutkan untuk tetap semangat berdemo, tambahnya.

Melihat gelombang mahasiswa yang berdemo di sudut nusantara benar-benar ada kegentingan luar biasa yang harus diperhatikan betul oleh pemerintah. Sehingga hal ini tidak heran jika banyak yang cukup reaksioner dan bergerak untuk maju.
Read More
Tantangan 5 Tahun ke Depan Presiden Jokowi

Tantangan 5 Tahun ke Depan Presiden Jokowi

Penulis: Teguh Afriyadi
Ahad 29 September 2019


Atorcator.Com - Sejak Pilpres berakhir, bahkan mungkin dalam lima tahun terakhir, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin dan partai berkuasa berada dalam titik terendah, dan diprediksi terus menurun. Klimaksnya mungkin pada saat penentuan menteri terpilih nanti. Bisa menjadi titik balik dukungan, atau malah titik awal sikap apatis masyarakat terhadap penguasa. Itu sebuah hipotesa, belum menjadi fakta.

Isu Papua, kebakaran hutan, revisi UU KPK, revisi KUHP, revisi UU Agraria, revisi UU Ketenagakerjaan, tidak segera disahkannya RUU PKS, menjadi contoh ‘isu komplikatif’ yang terus menggerus kepercayaan sebagian masyarakat di akhir masa jabatan presiden. Media mainstream dan media sosial sebetulnya sudah memberi banyak pertanda. Entah, apakah tanda itu hanya berstatus read only di gawai mereka, atau sedang disiapkan sebuah strategi untuk merebut hati kembali.

Nyatanya, pembatalan pembahasan RUU KUHP tidak banyak memberi dukungan publik. Tak cukup untuk memberi asupan keyakinan bagi masyarakat yang menentangnya.

Butuh momentum untuk menarik kembali kepercayaan publik. Butuh lebih dari sekedar strategi kehumasan untuk mengemas kebijakan kontroversif. Masyarakat tidak butuh pembenaran berulang, masyarakat butuh lebih banyak didengar. Meski tidak semua persoalan karena salah pimpinan, tapi epicentrum kekuasaan adalah magnet masyarakat untuk mencari jalan keadilan.

Pak Jokowi mungkin sulit kalah dari oposisi, tapi ia tidak akan menang mudah melawan pendukungnya sendiri. Pak Jokowi tanpa beban menjalani periode kedua masa jabatannya. Pemilihnya lebih tanpa beban lagi untuk bersuara kencang mengkritiknya. Mereka tidak menyesal memilihnya, pun sama halnya tak ada penyesalan mereka untuk terus lantang mengingatkannya. Bukan karena benci, tapi itulah rambu demokrasi.

Pak Jokowi bisa merangkul elit oposisi, tapi tanpa pelukan hangat masyarakat yang dipimpinnya, ia hanya akan menjadi presiden para partai, bukan lagi presiden rakyat yang merakyat. Jika tak segera diperbaiki, maka tantangan 5 tahun ke depan pemerintahan akan lebih sulit. Bukan lagi sekedar melawan gorengan isu ala oposisi, tapi bagaimana melawan sikap apatis dan skeptis masyarakat yang ujungnya akan menggerogoti sikap optimisme masayarakat dalam berbangsa dan bernegara.

Itu (bisa jadi) musuh sesungguhnya Pakde...
Read More

Sabtu, September 28, 2019

Anak-anak Soeharto Sedang Berkaca di Cermin Retak

Anak-anak Soeharto Sedang Berkaca di Cermin Retak

Penulis: Rudi S Kamri
Sabtu 28 September 2019


Atorcator.Com - Apa reaksi saya saat membaca  berita anak- anak penguasa Orde Baru Soeharto yang diwakili Tutut dan Titiek dengan nada sarkastik meminta Presiden Joko Widodo untuk berkaca pada aksi mahasiswa 1998 yang menjatuhkan Bapaknya dari kursi presiden yang sudah dikakangi selama 32 tahun ? Saya hanya tersenyum dan setelah itu mulai berasa mual, perih, kembung dan ujungnya muntah. Mereka seolah sedang bicara sambil berkaca dan menuding di depan cermin. Namun celakanya mereka berkaca di cermin retak. Walhasil pantulan yang terlihat berantakan porak poranda tidak beraturan.

Semua orang waras tahu pasti, saat ini kondisi obyektifnya berbeda 180° dengan kondisi tahun 1998 lalu. Pada akhir era Presiden Soeharto, fondasi ekonomi Indonesia sangat rapuh karena salah kelola negara. Demokrasi terbungkam. Kondisi sosial politik kacau balau. Rakyat susah makan, nilai tukar rupiah terhadap dolar terpuruk remuk sampai mencapai Rp 17.000 per dolar. KKN menyeruak ke seluruh negeri. Sedangkan saat ini terjadi sebaliknya. Fondasi ekonomi kita kukuh. Semua saluran dan instrumen demokrasi tersedia dan terjamin. Kondisi sosial politik masih dalam koridor. Lalu mengapa anak-anak Soeharto meminta Presiden Jokowi untuk berkaca ?

Bagi saya dengan rekam jejak buram kelam dari keluarga Soeharto yang otoriter serta berlumur korupsi, kolusi dan nepotisme yang pekat, mereka sudah tidak punya pijakan moral lagi untuk bicara apapun tentang pengelolaan negeri ini. Di mata saya mereka sudah kehilangan legitimasi moral sebagai keluarga Indonesia terhormat yang nyanyiannya tidak perlu lagi kita dengar lagi. Karena pasti fals.

Tapi kenyataannya ujaran mereka tetap saja di muat media tertentu. Saya maklum sebagian media kita masih menganut adagium :  " The bad news is good news". Sebagian lagi masih ada yang bisa dibeli dengan rupiah. Tapi media yang mempunyai kredibilitas tinggi tidak akan pernah mau lagi memuat narasi yang dibangun oleh Keluarga Soeharto. Karena dari perspektif idealisme jurnalistik ujaran mereka secara obyektif sama sekali tidak layak kutip.

Yang memprihatinkan konon kabarnya aroma dupa cendana akhir-akhir ini terasa menyengat ke seluruh penjuru negeri. Namun anehnya bau yang terasa bukan wangi yang selayaknya bau cendana pada umumnya, tapi anyir menjijikkan yang mengotori kedamaian negeri. Asap dupa cendana terlihat mulai dari kegaduhan Papua, kerusuhan anak-anak ingusan di Jakarta sampai parade gagal kaum pro khilafah tadi pagi yang mengusung tujuan sesat NKRI bersyariah. Saya tahu dari mana sumber api beraroma busuk itu. Tapi tidak semua yang saya tahu bisa ditulis, bukan ?

Kembali ke cerita anak-anak Soeharto. Akhir- akhir ini mereka dengan sengaja membuat banyak narasi yang menyerang Pemerintah dan Presiden Jokowi. Mereka berhalusinasi seolah rakyat sedang menderita. Pruuuuttt. Bagaimana mungkin orang yang sejak kecil tumbuh tidak pernah menderita, selalu bertabur kemewahan dan kemunafikan, tiba-tiba bicara tentang penderitaan rakyat ?  Mereka lupa selama 32 tahun rakyat Indonesia jauh lebih menderita dibandingkan saat ini. Penderitaan rakyat selama rezim orde baru bukan hanya menderita secara fisik saja tapi menderita nurani karena terbungkam suaranya dan hanya bisa berteriak dalam diam. Dan kini dinasti penguasa penderitaan rakyat itu sedang membuat gaduh untuk menarik atensi Presiden Jokowi untuk menunjukkan eksistensi diri mereka. Berhasilkah ?

Kita tahu Presiden Jokowi bukan pemain catur pinggir jalan yang bisa disuap sebungkus rokok. Secara realita menurut saya Presiden Jokowi tidak pernah melihat anak-anak Soeharto sebagai sebuah faktor dalam bentuk apapun. Artinya keberadaan mereka tidak pernah dianggap oleh Presiden Jokowi. Mereka hanya dianggap sebagai dinosaurus yang selayaknya disimpan di museum. Dan ini membuat mereka semakin berang bukan kepalang. Jadi tidak aneh kalau mereka selalu membangun narasi negatif untuk melawan Presiden Jokowi.

Kacang itu gurih, tapi dikacangin itu periiiiih, anak-anak Pak Jenderal !!

Rakyat pun kompak setali tiga uang. Mereka telah memberi penghukuman pedih kepada anak-anak Soeharto. Partai Berkarya yang mereka bangun sebagai emperium baru ternyata tidak mendapatkan suara layak untuk masuk ke gedung DPR RI di Pemilu 2019 lalu. Bahkan semua anak-anak Soeharto saat ini tidak ada satupun yang lolos menjadi anggota DPR RI. Hukuman dari rakyat selalu datang tepat waktu.

Jadi sekali lagi jangan berkaca di cermin retak. Pantulannya akan lebih buruk dari penampakan aslinya. Itulah karma namanya, kawan. [Source Status Facebook Rudi S Kamri]

Salam SATU Indonesia
28092019
Read More
Sugi Nur Ikut Aksi Mujahid 212: Kalau Jokowi Mundur Rakyat Pasti Memaafkan

Sugi Nur Ikut Aksi Mujahid 212: Kalau Jokowi Mundur Rakyat Pasti Memaafkan

Sabtu 28 September 2019


Atorcator.Com - Penceramah yang kerap melontarkan kata-kata kotor dan kasar Sugi Nur Raharja atau Gus Nur, dalam orasinya di Aksi Mujahid 212, meminta Presiden Joko Widodo mundur dari jabatannya sebagai presiden.

Menurutnya, mundurnya Jokowi yang dinilai tidak baik memimpin Indonesia, akan membuat masyarakat bahagia.


 Seperti dilansir dari viva "Kalau mundur sekarang, saya yakin umat, rakyat Indonesia ini, walaupun sesakit-sakitnya hatinya, akan memaafkan," ujar Gus Nur.

Ia menyampaikan, sebagai pemimpin negara, Jokowi seharusnya mengedepankan syariat atau nilai-nilai Islam. Namun, diutamakannya paham liberal dan kapitalisme dinilai memberi masalah untuk negara.


"Pemimpin seharusnya memuliakan tauhid," ujar Gus Nur.


Gus Nur juga mengemukan, Indonesia harus secepatnya berpindah ke nilai-nilai tauhid. Hal itu dinilai solusi semua permasalahan bangsa.


"Enggak usah ibu kotanya yang dipindah, cara berpikirnya yang dipindah. Dari liberal ke syariah. Dari sekuler pindah ke syariah. Dari riba pindah ke syariah. Dari rentenir dunia pindah ke syariah. Dari makar ke Allah pindah ke takwa kepada Allah," ujar Gus Nur.[TribunSantri}
Read More
Keajaiban Bermimpi Habib Umar bin Hafidz

Keajaiban Bermimpi Habib Umar bin Hafidz

Penulis: Muhammad Ismael Al kholilie
Sabtu 28 September 2019


Atorcator.Com - Dari sekian banyak karomah dan tanda kewalian Siidil Habib Umar, salah satu yang paling tampak adalah banyaknya orang-orang yang ditemui atau didakwahi beliau di alam mimpi. Sampai sekarang saya masih sering dicurhati atau ditanyai mereka yang mengaku didatangi beliau dalam mimpi mereka. Bahkan ketika kemarin saya mengadakan survei di Instagram, ada sekitar 600 lebih sahabat yang menyatakan pernah melihat beliau dalam mimpinya.

Saya sendiri pernah bermimpi beliau bahkan dulu sebelum saya bertemu beliau untuk pertama kalinya..

Ketika itu.. Tahun 2012 Di Kraksan, Probolinggo, Setelah membaca salah satu kitab beliau berjudul "Mamlakatul Qolbi wal A'dho' "saya tertidur. Dalam mimpi beliau duduk dihadapan saya.. Kala itu beliau berkata :

" Ya Ismail Iqro'.. Ismail bacalah.. "

Alhamdulillah setelah itu saya bisa sampai ke Tarim, mengaji kepada beliau dan berkali-kali membaca kitab di hadapan beliau..

Mengenai keistimewaan beliau yang satu ini, Saya ingat, dulu ketika mengadakan perkumpulan bersama para pelajar Darul Musthofa. Habib Mundzir pernah bercerita :

" dulu di zaman kami,  ada salah satu murid Habib Umar melakukan pelanggaran berat. Habib Umar marah besar, saya tidak pernah melihat beliau marah seperti waktu itu (memang jarang sekali beliau marah, bahkan hampir tidak pernah)

akhirnya anak itu dipulangkan. sepulangnya ia ke Indonesia perbuatannya semakin hari semakin parah. setiap malam ia pergi ke diskotik dan minum minuman keras. Akhirnya dia dikenal diantara kami sebagai murid yg mendapat "murka" Habib Umar.

ketika saya pulang ke Indonesia, saya mendengar bahwa anak itu meninggal dunia. Saya lantas datang ke rumahnya untuk bertakziah. disana saya bertemu dgn ayahnya. Sambil menangis sang ayah bercerita :

''Alhamdulillah..anak saya ini sudah bertobat sebelum ia wafat.. "

" seminggu sebelum wafatnya ,ia bermimpi bertemu Habib Umar, padahal sebelumnya ia sama sekali tidak pernah bermimpi beliau. beliau berkata pada anak saya :

" الآن وقتك"
" skrng sudah tiba waktumu"

keesokan harinya, ia mengaku bahwa semua keinginannya untuk bermaksiat telah hilang. mulai saat itu yg ia kerjakan hanyalah pergi ke masjid, membaca al quran, dan berdoa sambil menangis dlm sholat tahajjudnya. sampai akhirnya ia wafat seminggu setelahnya''

banyak orang yg mengaku pernah berjumpa Habib Umar dlm mimpinya. bukan hanya murid-murid beliau dan para muhibbin, tapi juga mereka yg tak mengenal siapa itu Habib Umar atau bahkan tak mengenal islam sama sekali. dulu ada orang Amerika datang ke tarim dan masuk islam karena sering melihat Habib Umar dalam mimpinya.

begitu tulus dan ikhlasnya Habib Umar dalam berdakwah dan  menebar kebaikan, sampai-sampai Allah tidak hanya menguatkan dakwah beliau di alam nyata, tapi Allah juga menyebarkan dakwah beliau dalam tidur lelap hamba-hamba-Nya.

Dengan niat tulus dan tekad agung untuk menebarkan ilmu dan kebaikan yang para awliya' miliki, mereka tidak hanya bisa berdakwah dan menyebar cahaya kebaikan dengan jasad mereka di alam sadar saja.. Tapi demi tujuan itu, "Ruh-Ruh" mereka juga bisa terbang bebas dan berkunjung kemana-mana.[Source Status Facebook Muhammad Ismael alkholile]

Ismael Amin kholil, Solo, 27 September, 2019
Read More