November 2019 - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Sabtu, November 30, 2019

Mata Air Kerinduan

Mata Air Kerinduan

Penulis: Triwibowo BS
Sabtu 30 Nopember 2019
Ilustrasi: Pixabay

Adalah menyenangkan, sekaligus mengharukan, bahwa dalam perjalanan hidup ini, walaupun kita berangkat dari tempat dan waktu yang berbeda,  kita terkadang bertemu dengan jalan hidup orang lain dengan berbagi cinta, pengetahuan dan harapan. Dan "Pertemuan" semacam ini tak pernah merupakan sebuah kebetulan. Cobalah engkau bertanya pada diri sendiri, siapa yang menggerakkan dirimu hingga bertemu dengan orang yang asing yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, lalu entah bagaimana perjumpaan itu begitu mengesankan sehingga kita ingin mengulanginya berkali-kali.

Orang-orang bisa akrab dalam arti sesungguhnya ketika mereka hidup demi tujuan yang serupa, yakni “kebahagiaan,” dengan cara yang sama, meski perwujudannya berbeda-beda. Tetapi ada banyak gagasan berbeda tentang kebahagiaan. Apa yang dimaksud di sini?

Menurut sebagian Sufi, pada hakikatnya hanya Allah yang tahu cara agar manusia mendapatkan kebahagiaan, yang Dia isyaratkan melalui perintah dan larangan-Nya. Tetapi sering kita lalai karena satu dan lain hal, sehingga manusia diperintahkan untuk selalu selalu belajar ayat-ayat Tuhan yang ada di muka bumi dan di dalam dirinya sendiri, agar mengerti dan mengalami langsung apa yang dimaksud kebahagiaan menurut Allah, bukan menurut keinginan nafsu atau ego.

Tentu saja, selama hidup di dunia, setiap orang juga mengalami penderitaan yang berbeda-beda. Ada yang kehilangan kekasih, putus cinta, kehilangan pekerjaan, tersiksa oleh tekanan hidup, sakit, terluka batin, stres, dan sebagainya. Ada yang harus berjuang untuk tetap sederhana dan rendah hati karena hidupnya berkelimpahan harta, tetapi ada juga yang harus bekerja keras setiap hari demi sesuap nasi hari ini. Betapa bervariasinya hidup dan tantangannya, sehingga semestinya kita tak boleh lekas-lekas menghakimi orang lain, sebab, walau semua orang masih bisa tersenyum, seringkali ada masalah dan luka di balik senyum itu.

Orang beriman pada umumnya, dan Sufi pada khususnya, menempuh hidup dengan langkah sederhana: hidup berusaha menempuh jalan yang lurus hingga bisa menerima sepenuh hati apapun yang datang dari Allah dan percaya sepenuhnya kepada Kasih-SayangNya. Adalah benar "cara" kita menempuh "jalan lurus" ini berbeda-beda -- titik awal keberangkatan yang berbeda, kecepatan langkah yang berbeda, gangguan dan cobaan yang berbeda -- namun tujuan dari perjalanan ini akan membawa kita pada jalan yang sama: jalan kebahagiaan sejati, yang adalah manifestasi dari ridho-Nya: "Wahai orang-orang beriman, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai, dan masuklah ke SurgaKu." Dalam konteks inilah kita, dalam mencari kebahagiaan, kita menjadi sama: menjadi hamba dan manusia.

Sebaliknya, jika memilih jalan yang dilarang - keserakahan, dusta, egoisme dan sebagainya -- kita akan menjadi sosok yang berbeda karena tujuan kita hakikatnya tidak sama: dalam jalan penderitaan, kita mengejar hal-hal yang berbeda dari yang dikejar orang lain. Misal, jika tujuan kita hanya demi mengumpulkan harta dan kekuasaan, maka kita akan bersaing dengan orang lain sebagai sosok yang menuhankan keinginan pribadi: kita menciptakan berhala dalam diri sendiri, hingga seakan-akan menjadi Tuhan bagi diri kita sendiri dan orang lain. Karena masing-masing orang ingin menjadi Tuhan atas dirinya sendiri dan orang lain, maka tujuan hidup mereka menjadi berbeda dan menimbulkan krisis relasi yang pada titik tertentu melahirkan pertengkaran dan bahkan kekacauan, baik chaos sosial maupun kekacauan pada jiwa atau rohani manusia.

Kalau orang-orang menempuh tujuan yang sama, yakni Allah Yang Maha Tinggi, maka pada akhirnya Dialah yang Maha Rahman dan Rahim yang akan menyatukan kita. Tanpa kasih sayang dan ridho-Nya, mustahil bisa menyatukan dua hati, apalagi banyak hati. Maka kebahagiaan, bagi penempuh jalan rohani bukanlah konsep ini dan itu, tetapi sebuah pengalaman "kebersamaan dengan, dan di dalam, Yang Ilahi" dalam setiap keadaan, bahkan dalam keadaan paling buruk sekalipun. Misalnya, Kanjeng Rasulullah, dilihat dari sisi manusiawi, adalah manusia yang paling banyak penderitaannya -- ditinggal ayah ibu sejak kecil, dianiaya di kampung halaman, terusir dari kampung halaman, harus mengangkat senjata, harus serba repot melayani dan membimbing umat, hidup dalam kemiskinan, dan seterusnya.

Tetapi, dengan segala kesulitan hidup itu, apakah beliau tidak bahagia? Jika kita hanya memandang dari segi duniawi serta kepentingan pribadi dan ego, niscaya kita akan menganggap beliau adalah orang yang tidak bahagia. Namun jika kita melihat dari "rasa" dan kesadaran pada tujuan yang sama (yakni ridho Allah) maka akan lahir perasaan yang ganjil: kita merasakan kasih-sayang kanjeng Nabi Muhammad meski belum pernah bertemu dan terpisah jarak dan waktu ribuan tahun -- dan bagaimana mungkin orang yang tidak berlimpah kebahagiaan  bisa memancarkan kasih sayang demikian besar ke begitu banyak manusia hingga melampaui ruang dan waktu, dan bahkan sebagian orang bisa masuk ke dalam kerinduan yang tak terperi kepada Kanjeng Nabi.

Kebahagiaan, dalam pengertian ini, adalah rahasia yang tak terpemanai oleh pikiran dan kerja mental. Dan orang-orang yang sama-sama mencari kebahagiaan dalam naungan ridho Ilahi akan mendapatkan percikan kerinduan ruhani semacam ini, yang pada mulanya dalam bentuk rindu pada teman-teman seperjalanan.

Kerinduan pada sahabat-sahabat yang sama-sama ingin kembali dengan ridha dan diridhaiNya adalah refleksi dari kerinduan pada penghulu insan yang paling diridhai dan dicintaiNya: sayyidina al-musthofa wa maulana Rasulullah Muhammad SAW. Tak heran jika ulama-ulama arif billah menasihati kita agar terus memperbesar kecintaan kepada kanjeng Nabi, dengan banyak membaca shalawat dan mentaatinya, sebab dari situlah salah satu sumber terbesar mata air kerinduan dan kasih sayang dan Cinta kepada sesama manusia, kepada Nabi, dan akhirnya, kepada Allah Yang Maha Agung.

Wa Allahu a’lam

Triwibowo BS penulis, editor dan penerjemah
Read More
Mengapa Kita Harus Menulis?

Mengapa Kita Harus Menulis?

Penulis: Satria Dharma
Sabtu 30 Nopember 2019
Ilustrasi: Pixabay

"Once in a lifetime we must be able to write and publish our own book. It is a proof that our life is valuable and we have stories, opinions, values, and thoughts that are worth sharing and may inspire others". Satria Dharma

Tidak peduli apakah pernah terbersit di dalam hati Anda keinginan agar suatu hari Anda akan bisa menjadi seorang penulis buku yang bestseller atau sekadar memiliki blog sendiri, semua orang perlu mengembangkan kemampuan menulisnya. Di dunia yang semakin mengglobal ini kemampuan berkomunikasi adalah sangat vital.

Menulis adalah sebuah cara berkomunikasi yang sangat penting. Sehebat atau sepandai apa pun Anda, sebagus dan secanggih apa pun produk yang mungkin bisa Anda ciptakan, tapi jika Anda tidak mampu mengkomunikasikannya ke dunia luas maka semua itu akan sia-sia. If nobody knows you or what you can do then you don’t exist. You should communicate yourself or your products well .

Cara pertama untuk berkomunikasi adalah berbicara atau tatap muka. Dengan berbicara langsung kita bisa menyampaikan dan mengekspresikan diri dengan meyakinkan. Itu sebabnya bahwa keputusan-keputusan penting tetap dilakukan dengan tatap muka dan bicara langsung antar pihak meski sebenarnya bisa dilakukan secara tertulis dan dari jarak jauh. Cara lain adalah dengan menuliskannya. Tapi menulis bisa menjadi cara untuk menyampaikan pesan dan mengekspresikan diri yang lebih baik dari berbicara.

Dengan menulis kita dapat menyusun kata-kata kita jauh lebih baik, lebih luas dan dalam maknanya. Apa yang kita tulis bisa dibaca berulangkali oleh si penerima pesan. Hebatnya lagi, sebelum kita menyampaikan pesan tertulis tersebut kita dapat mengeditnya berkali-kali sehingga kita puas dan yakin dengan apa yang kita maksudkan dan kemudian baru kita sampaikan atau sebarkan.

Dari 4 Keterampilan Berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)  keterampilan menulislah yang dianggap sebagai ketrampilan berbahasa tertinggi dan oleh karenanya dianggap paling sulit dan perlu mendapat perhatian lebih dalam melatihnya. Dalam menulis kita tidak hanya sekadar menuliskan kata-kata tetapi kita juga dituntut untuk menuangkan gagasan, konsep, perasaan, dan kemauan.

Untuk dapat memiliki keterampilan menulis dibutuhkan waktu berlatih yang lama dan juga intensif. Keterampilan menulis boleh dibilang merupakan keterampilan yang sangat kompleks dan bisa dikatakan sebagai ketrampilan yang hanya dimiliki oleh orang yang terpelajar.

Mengapa Kita Harus Menulis?

Menulis itu melatih otak dalam berpikir. Dengan menulis kita melatih otak kita untuk mengeluarkan kata-kata, kalimat, ekspresi, dan berusaha untuk menyusunnya dengan efisien dan efektif dan dengan demikian maka mesin di otak kita bekerja. Menulis adalah terapi berpikir yang sangat baik. Tidak ada gunanya kita punya otak jika otak itu tidak kita gunakan untuk berpikir. Menulis adalah sebuah cara untuk mengasah dan melatih otak kita setiap hari agar menjadi tajam. Menulis itu memperkuat daya ingat kita. Otak menjadi lebih lentur jika dilatih untuk menulis.

Menulis itu meningkatkan kompetensi diri. Abad Informasi itu berbasis tertulis (text and graphic). Menulis itu kecakapan. Alatnya kata-kata. Dengan kata-kata dan gambar kita menampilkan pesan yang ingin kita sampaikan.

Abad Informasi tidak akan bisa mempekerjakan orang yang tidak dapat menulis kalimat yang padat, logis, dan jelas. Jadi jelas sekali bahwa menulis itu ketrampilan paling penting bagi masa depan. Kemampuan Anda menulis nantinya akan sangat menentukan karir dan kehidupan pribadi Anda.

Kemampuan saya menulis dan menyampaikan gagasan secara tertulis membentuk karir dan perjalanan hidup saya selama ini. Saya juga dapat istri yang luar biasa karena kemampuan saya menulis surat lamaran memintanya menjadi istri saya lewat surat. Dia jelas terpesona oleh kelihaian saya menulis surat lamaran tersebut. Kalau saya sampaikan secara lisan mungkin kata-kata saya akan berantakan dan dia bingung sebenarnya saya ini mau ngomong apa sih.

Ketrampilan menulis itu sangat dibutuhkan jika Anda ingin meneruskan studi ke tingkat lebih tinggi. Semakin tinggi level pendidikan yang akan dituju semakin tinggi persyaratan kemampuan menulisnya. Untuk tingkat Sarjana Anda harus menulis Skripsi, tingkat Master menulis Thesis, tingkat Doctoral menulis Disertasi. Semuanya membutuhkan ketrampilan menulis.

Ketrampilan Menulis itu jelas dibutuhkan jika Anda ingin bekerja. Karyawan yang memiliki kemampuan menulis memiliki kesempatan lebih besar untuk diterima bekerja, dipromosikan dan paling jarang dipecat.

Keterampilan Menulis itu sebuah modal besar jika Anda ingin bekerja mandiri. Seorang penulis yang handal bisa kaya raya dari kemampuannya menulis. Bahkan seorang ‘ghost writer’ bisa kaya raya. Saya mengenal beberapa orang yang kaya raya karena buku yang ditulisnya. Seorang walikota bahkan mengaku bahwa modalnya untuk naik menjadi walikota adalah dari buku yang ia tulis dan menjadi buku wajib bagi siswa. Dia memang mantan guru dan kepala sekolah sebelumnya.

Dengan kemampuan menulis seseorang dapat menemukan dan memunculkan ide dan gagasan baru, bersikap kritis analitis, dan mampu menyebarluaskannya pada orang lain jauh lebih baik daripada hanya dengan lisan.

Menulis membantu kita melihat pikiran yang berkelebat dalam benak kita dengan jelas. Sebagian besar kisah, peristiwa, dan pandangan kita tidak mampu kita sampaikan secara lisan karena kisah, peristiwa, dan pandangan tertentu membutuhkan audiens tertentu, suasana tertentu, tempat tertentu yang mungkin tidak akan pernah akan kita temui. Dengan menuliskannya maka apa yang mengendap di benak kita akan bisa kita urai dan lukiskan dengan cara, waktu, dan tempat yang sesuai dengan yang kita inginkan.

Menulis juga membantu kita melihat kejelasan dalam pemikiran di benak kita. Kita dapat memilih berbagai ide, merekatkannya, mencabutnya, dan menghasilkan ide-ide baru saat kita menulis sepenuh hati. Menulis memaksa kita untuk bercermin, mengamati, dan berpikir lebih kritis. Menulis memberi kita akses ke pikiran kita dan pada akhirnya memberi kita kemampuan untuk menjadi penulis cerita kita sendiri.  Kebiasaan ini akan membangun keterampilan menulis kita yang akan memiliki dampak positif pada setiap bidang kehidupan kita.

Dalam kehidupan yang semakin keras dan kompetitif stress dan tekanan hidup sering tak terelakkan. Daripada Anda menghabiskan uang dan waktu Anda untuk melakukan terapi kejiwaan maka menulis justru merupakan sebuah terapi yang ampuh bagi stres dan depresi.

Kita bisa menghilangkan stres dari pikiran kita dan menuangkannya di atas kertas atau dengan menuliskannya. Menulis bisa menjadi terapi. Menulis bisa menjadi cara untuk melampiaskan semua frustrasi terpendam yang mungkin membebani pikiran kita ke atas kertas atau layar komputer. Kita dapat mengatasi kemarahan, ketakutan, kekhawatiran, dan stres kita tanpa harus memukul orang yang menimbulkan emosi tersebut dengan tinju kita.

Menulis dapat berfungsi sebagai bentuk penghilang stres dan menjadi katarsis di mana kita akhirnya bisa mengatakan apa yang tidak bisa kita katakan dengan terus terang dalam kehidupan nyata. Menulis dapat melepaskan hormon dopamin dalam tubuh kita. Hormon dopamin di otak ini akan meningkatkan suasana hati sehingga kita akan merasa lebih senang dan bahagia.Tapi kita perlu sadar agar jangan sampai perasaan kita yang mungkin menimbulkan masalah ketika dibaca orang masuk ke tangan  atau media yang salah.

Menjadikan tulisan sebagai katarsis tidaklah berarti bahwa kita bebas untuk menyampaikan hardikan, umpatan, caci-maki, tuduhan, gugatan, kebencian, sikap sara yang tidak bertanggung jawab ke publik. Justru dengan menulis kita seharusnya bisa jauh lebih bijaksana, lebih tertata, lebih terstruktur, lebih bertanggung jawab dalam menyampaikan apa yang ada di benak kita.

Bukankah kita selalu bisa membaca ulang, mengedit, menghapus, menambahkan, apa-apa yang perlu, baik, dan penting dalam tulisan kita? Ingatlah bahwa banyak orang yang menemui masalah hukum karena tidak mampu mengontrol emosi dan kata-katanya dengan menuliskan hal-hal yang buruk dan negatif dan melemparkannya ke media publik.

Satu hal penting mengapa kita harus menulis adalah karena dengan menulis kita akan dapat membuat perubahan. Jelas sekali bahwa tulisan dapat membuat perubahan-perubahan penting dalam hidup kita dan kehidupan orang lain. Kata-kata yang kita tulis dapat menginspirasi, membimbing, dan membawa perubahan nyata dalam kehidupan orang-orang tertentu. Tulisan adalah media yang sangat besar pengaruhnya untuk membawa revolusi di tempat-tempat di mana kita tidak dapat menjangkaunya secara fisik.

Jika kita memiliki keprihatinan atas sesuatu hal maka kita akan dapat menyuarakan keprihatinan tersebut melalui tulisan kita. Kita dapat membuat perubahan positif dan nyata dengan menulis tentang hal tersebut tanpa kita harus melangkah keluar dari pintu rumah kita.

Menulis adalah untuk keabadian, kata Pramudya Ananta Toer. “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Itu sebabnya sampai saat ini kita masih bisa membaca kisah yang ditulis Pramudya. Bahkan karyanya “Bumi Manusia” difilmkan hampir 40 tahun setelah ditulisnya.

Pepatah Yunani mengatakan: Verba volant, scripta manent, artinya ‘yang terucap akan hilang, terbang, yang tertulis akan abadi’. KH As'ad Humam telah wafat 20 tahun lalu, namun karya yang disusunnya yang memudahkan siapapun untuk bisa membaca Alquran, yang berjudul  “Buku Iqro Cara Cepat Belajar Membaca Alquran” sampai saat ini masih terus digunakan jutaan anak untuk belajar membaca Alquran.

Plato, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Albert Einstein, Sun Tzu, kita tidak pernah mengenal langsung tokoh-tokoh tersebut tapi kita mengetahui mereka lewat tulisannya. Mereka semua boleh jadi telah meninggal puluhan, ratusan, atau ribuan tahun yang lalu. Namun tulisannya tetap hidup, dibaca, dikenang dan memberi inspirasi bagi generasi setelahnya. Yang mereka tulis menjadi abadi.

Untuk memiliki ketrampilan menulis maka kita memang harus banyak membaca dan rajin menuliskan ulang gagasan-gagasan dan pemikiran kita dalam bentuk tulisan utuh atau artikel. Dengan terus menerus berlatih maka kita akan dapat memperoleh kebeningan gagasan dan kelincahan dalam menuangkannya dalam bentuk tertulis.

Jadi jangan tunda lagi. Mulailah berlatih menulis. Anda bisa menulis di mana pun Anda berada dengan gadget yang Anda punyai. Jangan hanya gunakan gadget Anda untuk menelpon, menulis SMS atau menonton Youtube. Gadget Anda bisa digunakan untuk berlatih menulis setiap hari.

Asahlah kemampuan menulis Anda dengan mulai menulis. Jadikan menulis sebagai sebuah kebiasaan Anda. Satu kebiasaan positif akan mengarah ke kebiasaan positif yang lain, dan kebiasaan positif yang lain, sampai Anda berubah menjadi versi terbaik dari diri Anda (the best of you).

Kehebatan dari kebiasaan menulis setiap hari adalah bahwa kegiatan ini tidak memerlukan banyak modal atau sumber data. Yang Anda butuhkan hanyalah pena dan kertas, laptop, atau cukup handphone Anda. Menulis dapat berfungsi sebagai dasar untuk praktik kreatif Anda seumur hidup.

Satria Dharma Ketua Umum di Ikatan Guru Indonesia
Read More
Ulama-Ulama yang Jomblo: Ilmu Mati di antara Paha Para Wanita

Ulama-Ulama yang Jomblo: Ilmu Mati di antara Paha Para Wanita

Penulis: Nurbani Yusuf
Sabtu 30 Nopember 2019
Ilustrasi: FB-Nurbani Yusuf

Ada ulama berkata: ‘Ilmu mati diantara paha para wanita —‘.

Sebut saja Imam Ibnu Jarir ath-Thabari, Imam an-Nawawi, Imam al Ghazali, Imam az-Zamakhsyari al-Khawarizmi,  begitu juga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim al Jauziah muridnya—mereka memilih jomblo tidak menikah.

Pengakuan Fathimah binti Abdul Malik saat Umar ibn Abdul Aziz suaminya sudah wafat bisa menjadi pelajaran buat kita semua. “Umar ibn Abdul Aziz tidak pernah mandi besar baik karena janabah atau mimpi basah sejak dia diangkat menjadi khalifah sampai dia meninggal”.
Pertanyaan yang sama: ‘berapa kali antum mandi jinabah dalam sepekan ?

*^^^*
Tidak seperti antum—para ulama salaf dan penganjur salaf yang terdahulu sangat hati-hati membahas setiap hukum syariat, termasuk saat membahas tentang poligami—para ulama itu berkhidmad, cermat dan teliti, setelah ditemukan ’hukum tetapnya’ kemudian mereka memilih menjaga hati, berisikap zuhud dan wara’ bukan seperti antum—-mengerti sedikit tentang poligami lantas berlomba memajang deret istri seperti buaya di musim kawin—-

Sebagian memang suka pada yang paradoks dan pilih-pilih—termasuk memilih ajaran agama mana yang disukai berdasar selera—poligami salah satunya meski tak semua bersetuju tapi sebagian besar suka dengan tema ini lantas seakan mengambil maksimal seperti ‘quota paketan’. Ambil 2, 3 dan 4 seperti royok-an.

Setiap ilmu ada adab yang mendahului—ambil adabnya dulu baru ilmunya begitu para ulama salaf berpesan—itu yang membedakan apakah antum seorang ulama atau seorang yang hanya mengerti sedikit tentang hukum sesuatu. Para ulama mengedepankan sikap zuhud dan wara terhadap hak, bukan melawan sunah—tapi memillih meninggalkan kesenangan duniawi.

Imam al-Khathib al-Baghdadi menjelaskan dalam kitab al-Jami’ Lii Akhlaqi ar-Rawi Wa Aadabi as-Sami’: “Dianjurkan agar penuntut ilmu membujang sampai batas yang memungkinkan baginya, karena kesibukannya dalam menunaikan hak-hak suami istri dan mencari penghidupan akan menghalanginya untuk menuntut ilmu”.

Imam Sufyan at-Tsauri mengatakan: ”Siapa yang telah menikah berarti dia telah mengarungi samudra, jika telah lahir seorang anak maka dengan itu perahunya hancur”. Maksudnya seorang yang telah menikah dan juga telah dikaruniai anak maka otomatis waktunya untuk mencari ilmu akan berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.

Imam Ibnul Jauzi dalam kitab Shaid al-Khathir berkata: “Saya memilih bagi penuntut ilmu yang masih pemula agar menghindari untuk menikah sesuai kemampuannya, —-bahkan Imam Ahmad ibn Hanbal tidak menikah sehingga umur beliau mencapai empat puluh tahun”.

Sebuah hal yang mencengangkan datang dari sebuah ungkapan salah seorang ulama:

‎ذُبِحَ العلمُ بين أفخاذِ النساءِ

“Ilmu itu telah disembelih diantara paha para wanita”.

Artinya kenikmatan menikahi seorang wanita terkadang dapat menjadikan seseorang berhenti untuk menuntut ilmu. Ungkapan yang lain menyebutkan: “Ilmu itu telah hilang dalam paha para wanita”.

Perlu kita ingat bahwa para ulama pada masa itu harus melakukan perjalanan melintasi kota atau bahkan melintasi negara untuk menuntut ilmu. Maka jelas berkeluarga pada saat itu dapat menghambat dan menghalangi mereka untuk menuntut ilmu. Hal tersebut mungkin agak berbeda dengan zaman kita sekarang.

Ironisnya—Sekarang malah berbalik, poligami dipersepsi sebagai anjuran—atau pilihan karena situasi tertentu—bahkan ada yang memandang semacam hak yang harus diambil maksimal—tapi kewajiban ditunaikan minimal, dengan beraninya mengabaikan perasaan, hati dan tak hirau pada akhlaqul karimah—

Poligami kerap tampil sebagai ilustrasi ‘kerakusan’ laki-laki yang tak bisa dibendung atas perempuan. Maka wajar perempuan darimanapun berasal melakukan perlindungan—bukan melawan ayat ayat dalam kitab—tapi memilih melindungi diri dari ‘kerakusan’ laki -laki atas nama sunah.

Apa karena kalian anggap ‘hak’ lantas bersorak girang mengabaikan hati dan perasaan —apa ini yang diajarkan Nabi kalian ? Mestinya antum belajar adab, akhlaq dan etika, baru belajar ilmu. Nabi menganjurkan berhenti makan sebelum kenyang—tapi kalian sudah terbiasa tak bisa berhenti makan sebelum ke-kenyang-an .. .. “.

@nurbaniyusuf
Ketua MUI Kota Batu—
Penggiat Komunitas Padhang Makhsyar
Read More
Azab Akan Dimulai Dari Orang Saleh yang Tak Mau Bernasehat

Azab Akan Dimulai Dari Orang Saleh yang Tak Mau Bernasehat

Penulis: Nurbani Yusuf
Sabtu 30 Nopember 2019
Ilustrasi: Pixabay

Dalam sebuah hadits Qudsi Allah tabaraka wataala perintahkan kepada Jibril as untuk mengazab satu kaum yang durhaka. Mereka menyekutukan Allah. Suka berpesta hingga larut. Minum khamr hingga mabuk. Tidak pernah bersyukur dan sombong. Nasehat dijadikan bahan olok. Tempat ibadahnya besar tapi sepi tak dihiraukan.

Padahal Allah mencukupkan rizki baginya. Airnya bening berlimpah. Sayur dan buah tumbuh subur. Udaranya sejuk. Anak-anaknya banyak. Hewan ternaknya gemuk-gemuk.

Tapi Jibril as urungkan niat dan kembali dan berkata: Ya Rabb.. di kaum itu ada seorang saleh yang berdzikir dan mengagungkan namaMu jadi aku urungkan azab-Mu. Kemudian Allah semakin murka dan berkata: Awali azabku dari orang saleh yang tak mau memberi nasehat. Dan Membiarkan kemungkaran yang dilakukan kaumnya.

Kaum nabi Luth, Aad, Tsamud, Iram semua diazab dan dikutuk karena ingkar dan sombong.

Ketika kemusyrikan di depan mata di diamkan.  Pelacuran di legalkan khamr di budi dayakan perzinahan hingga rumah rumah para pemimpinya hanya sibuk dengan urusannya dirinya dan kelompoknya sendiri orang-orang saleh nya hanya sibuk berdzikir dan mengagungkan Allah tapi tak mau mencegahnya maka azab tinggal menunggu waktu.

Siapa bisa cegah bencana-bencana tak datang tanpa sebab. Musibah adalah peringatan. Istighfar adalah penangkal. Istighfar itu mengakui segala dosa. Memohon maaf. Menyesal dan berjanji tidak akan mengulang. Allah maha baik. Allah maha pengampun dan pemaaf. Allah maha penyayang ber-istighfar lah sebelum bencana lebih besar datang kembali.
Read More

Jumat, November 29, 2019

Respon Al-Qur'an Terhadap Para Penentangnya

Respon Al-Qur'an Terhadap Para Penentangnya

Penulis : Itsnan Hidayat
Jumat 29 Nopember 2019
Ilustrasi: Pixabay

Mengapa surah al-Baqarah, surah pertama setelah pembukaan (al-Faatihah), langsung diawali dengan pernyataan tidak ada keraguan di dalamnya?

ذالك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين

(Kitab [Al-Qur'an] ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa).

Kuat dugaan, Al-Qur'an memang dipersiapkan untuk menyapa audiens yang memiliki daya baca dan daya kritik yang kuat. Bahkan, sikap kritis terhadap Al-Qur'an sudah mengemuka sejak diwahyukan pertama kali. Orang-orang Quraisy melakukan resistensi terhadap Al-Qur'an dengan pelbagai argumen dan instrumen. Itu sebabnya mengapa isi Al-Qur'an tampak tidak beraturan dan sistematis. Al-Qur'an berjibaku meladeni serangan demi serangan dari para audiensnya.

Al-Qur'an juga kerap menyisipkan hikayat-hikayat masa lalu untuk menegaskan tautan atau relasi dengan ajaran moniteisme sebelumnya. Andai Al-Qur'an tak bicara masa lalu, niscaya akan jadi celah kritik dan gugatan para penentangnya. Al-Qur'an dan Islam ditempatkan sebagai sekte baru yang sesat karena tidak memiliki konektifitas dengan ajaran monoteisme yang sudah mengarus dalam sejarah dan menjadi pengetahuan bersama.

Sekarang, riwayat resistensi terhadap Al-Qur'an terus membesar dan bermetamorfosis ke dalam ragam gerakan. Mereka melibatkan sains dan kecanggihan rasio dalam upayanya tersebut. Problem utama yang didebat adalah soal otentisitas. Bukti dan argumen apa yang bisa melegitimasi bahwa al-Qur'an benar-benar diwahyukan Tuhan.

Umumnya, poin kritik ini dilancarkan oleh mereka yang tergabung dalam kelompok neo positivis. Namun, sehebat apapun kritik mereka tak akan sanggup meruntuhkan pengaruh kuat Al-Qur'an yang telah menancap kuat dan berurat-akar dalam peradaban manusia. Jika al-Quran memberi tantangan agar membuat Qur'an tandingan yang setara, maka cukuplah itu sebagai jawaban paripurna atas kritik-kritik tersebut.

(مَا أَنتَ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (154

Silakan buat tandingan Al-Qur'an atau ajaran baru yang bisa mengalahkan pengaruh Islam di permukaan bumi ini. Sila cari tokoh yang lebih hebat dan berpengaruh tinimbang Nabi Muhammad Saw. Sarana teknologi saat ini sangat memungkinkan untuk melakukan itu. Kalau hanya mencari noktah kelemahan dalam ajaran agama yang diyakini oleh milyaran manusia, seperti membuang kotoran di tengah samudra. Tidak ada gunanya.

Itsnan Hidayat Pengajar studi Islam di IAIN palu.
Read More
Gus Mus dan Buya Syafii : Tawadhunya Dua Ulama

Gus Mus dan Buya Syafii : Tawadhunya Dua Ulama

Penulis: Nurbani Yusuf
Sabtu 29 Nopember 2019
Ilustrasi : Tagar.id

Bersyukur Jumat pagi ini saya bersama ribuan jamaah yang lain duduk di atas tikar plastik pada halaman pondok pesantren Roudhotut Thalibin Rembang, Mendengar dengan ta’dzim Gus Mus bernasehat majelis nya sederhana, tapi padat berisi. Tak ada sinar slide atau power point yang melelahkan kata-katanya berkesan, berat menghunjam dan mudah di mengerti.

Pada siang usai Jumat tiga bulan lalu di masjid Nogotirto terasa istimewa. Dua ulama besar di negeri ini bertemu, saling memeluk melepas rindu. Dua ulama sepuh Kyai Musthafa Bisri dari Rembang yang lebih dikenal Gus Mus berkunjung ke kediaman Prof Dr Syafi'i Maarif yang akrab dipanggil Buya Syafi'i. Datang tanpa pengawalan, beracara tanpa protokoler.

Tiada yang istimewa kecuali silaturahimnya adab dan kerendahhatiannya. Saling mengunjungi ditengah sibuk yang padat. Gus Mus usai Takziah karibnya di Jogja menyempatkan rawuh dan shalat Jumat di tempat  di mana Buya Syafi'i tinggal.

Berbagai hikmah bisa kita ambil dari dua ulama bersahaja itu. Ditengah kelimun politik yang melahirkan disparitas di kalangan umat. Kedua nya teguh ditengah, meski berbagai caci dan maki harus beliau terima. Ingin menempatkan agama pada posisi mulia tidak menjadi alat pemanis para jurkam untuk mendulang suara atau kemuliaan seseorang atau sekelompok yang mengaku paling membela agama dengan menafikkan yang lain.

Ini ujian terberatnya. Resiko 'dilawan' teman seiring. Diragukan iman nya dan tuduhan tuduhan lain yang keji katena beda pilihan dalam politik. Politik telah membuat sebagian kita gelap mata. Menganggap siapapun yang berbeda pilihan politik sebagai lawan yang harus enyah.

Tak ada salah jihad politik. Tiada keliru tegakkan syariat Islam. Tak ada cela melawan ketidak adilan dan kemunkaran lainnya. Tapi jangan putus silaturrahim—akhlaq karimah harus dijaga. Tak patut berkata kasar lagi keras. Apalagi dengan saudara sesama iman.

Tak pantas hanya karena beda pilihan politik dan beda Imam lantas sesama umat Islam saling merendahkan politik hanya media atau washilah bukan tujuan maka tak seharusnya politik memecah ukhwah. Firman Tuhan dibawah barangkali bisa jadi pelembut hati yang keras dan peneduh sikap angkuh:

"Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqan: 63)

Wallahu taala a'lam

@nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar
Read More
Mengabdi di NU tapi Tidak Ingin Dimusuhi? Akan Kujual Sawah dan Sapi

Mengabdi di NU tapi Tidak Ingin Dimusuhi? Akan Kujual Sawah dan Sapi

Penulis: Shuniyya Ruhama
Jumat 29 Nopember 2019
Ilustrasi : Wikipedia

Sewaktu remaja dulu alhamdulillah masih sempat menyaksikan, ada Kyai Muda sowan ke Kyai Sepuh (Mbah Yai Anshor-Bantul Alm) Waktu itu, saya bertugas di belakang, menyediakan kopi bagi tamu Kyai Sepuh sembari menunggu di balik hek (pembatas dari kayu yang bisa dilipat atau digeser). 

Dengan ijin Kyai Sepuh aku bisa ikut mendengarkan, dan siap menghadap Kyai setiap saat diperlukan. 

Kyai Muda mengadukan keberatan dalam berjuang menegakkan aqidah aswaja. Beliau merasa berat sekali. Diserang di sana sini. Dianggap sesat, dianggap menyebarkan bid'ah, melestarikan budaya jahiliyah dan sejenis itu.

Kyai Sepuh mendengarkan dengan penuh perhatian. Sesekali menyeruput kopi,  diselingi dengan menyedot rokok dengan sangat dalam. Namun, wajah beliau tetap tenang.

"Apa yang harus saya lakukan, Yai? " tanya Kyai Muda.

Kyai Sepuh tersenyum. Beliau menjawab,  " Memang sudah gawan bayi (genetika) bahwa memperjuangkan kebenaran itu pasti akan dimusuhi.

Ketika Kanjeng Nabi akan berdakwah, sudah ada pesan dari paman beliau Waroqoh Bin Naufal. Beliau dawuh : Tidaklah datang seorang dengan membawa kebenaran sebagaimana yang engkau bawa wahai Muhammad, kecuali akan dimusuhi.

Jadi, kalau kita tidak dimusuhi, tidak disesat-sesatkan, dibid'ah-bid'ahkan, dicaci maki bahkan difitnah, malah kita harus mikir panjang. Jangan-jangan yang kita perjuangkan ini nggak benar. Karena menyelisihi sunnahnya Kanjeng Nabi. 

"Seandainya dalam memperjuangkan aqidah Aswaja, mengabdi di NU sampai tidak dimusuhi, akan kujual semua sawah beserta sapi-sapinya. Terus uangnya aku bagikan gratis buat siapa saja yang mau memusuhi NU yang aku yakini ini. "

Kyai Mudapun tertunduk. Kepalanya manggut-manggut. Ada semacam aliran aneh yang mengalir di darahku mendengar petuah luar biasa dari Kyai Sepuh.

Alhamdulillah. Matur sembah nuwun ya Syaikhina. Sejak saat itu, apapun yang terjadi, selama ikut nguri-uri NU dan Aswaja,  semakin digegeri, semakin dimusuhi, semakin haqqul yaqin bahwa NU yang benar.

NB: Mereka memusuhi kita, kita balas permusuhan mereka, sehingga sama-sama merasa dimusuhi dan didzolimi. Terus apa bedanya?

Shuniyya Ruhama Pengajar di PPTQ Al-Istiqomah Kendal dan Murid Mbah Wali Gus Dur
Read More

Minggu, November 24, 2019

Shalawat yang Dianjurkan Habib Umar Dibaca Pada Rabiul Awal Tahun Ini

Shalawat yang Dianjurkan Habib Umar Dibaca Pada Rabiul Awal Tahun Ini

Penulis: Moh. Mizan Asrori
Minggu 24 Nopember 2019
Ilustrasi: tagar.id
Bulan Rabiul Awal adalah bulan kelahiran manusia agung yang tidak seperti manusia lainnya. Sosok yang lebih memikirkan kebahagiaan umatnya ketimbang kebahagiaan diri sendiri dan keluarganya. Beliau adalah Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam. Nabi mulia yang senantiasa disebut dan dirindukan oleh para pencintanya.

Pada bulan Rabiul Awal, di segenap penjuru kota dan desa di Indonesia ramai perayaan dalam rangka memperingati Maulid Nabi. Bentuk peringatannya beragam, sebagian ada yang mengundang penceramah untuk menyampaikan kalam hikmah seputar keindahan akhlak Nabi di hadapan peserta, sedangkan sebagian lainnya mengundang tetangga untuk membaca shalawat dan menyantap bersama hidangan yang sudah disuguhkan.

Dalam khazanah keislaman, kita mengenal banyak sekali macam shalawat. Ada shalawat Nariyah, shalawat Asyghil, dan lain sebagainya. Tujuan dan cara umat Islam dalam membaca shalawat juga beragam. Mulai dari membaca shalawat tanpa iringan musik sampai yang memakai musik sebagai sarana memperindah.

Sedangkan tujuan membacanya bisa karena ingin terbebas dari kesedihan, hutang, maupun mendoakan supaya Allah melepaskan kaum muslim dari belenggu orang-orang zalim, seperti shalawat Asyghil. Tentu tujuan utamanya mengharap syafaat Nabi Muhammad kelak di hari kiamat.

Lantunan Maulid Diba'i, Simtutduror, dan Burdah di majelis dan musala membuat bulan Rabiul Awal semakin semarak. Betapa Nabi dicintai oleh umatnya yang sudah lebih dahulu dicintai Nabi semasa hidupnya. Umat yang senantiasa diingat bahkan ketika menjelang beliau wafat.

Nabi yang menolak tawaran dari malaikat Jibril untuk menimpakan gunung kepada penduduk Thaif yang telah mengusir Nabi. Jawaban Nabi sungguh menyentuh hati, beliau menolak tawaran tersebut karena menurut Nabi mereka yang mengusir itu tidak tahu. Nabi memilih mendoakan penduduk Thaif.

Sudah sepantasnya umat Islam berterima kasih atas jasa besar Nabi Muhammad membawa risalah agama Islam dan menuntun kepada jalan yang diridai Allah. Tidak ada yang lebih indah diharapakan kelak, kecuali syafaat Nabi. Terutama syafaat agung saat manusia sedang berada dalam kebingungan di Padang Mahsyar.

Hari ini, di tengah rumitnya kehidupan, semakin mundurnya moral anak bangsa, manusia sudah saatnya kembali melihat kepada sejarah. Mengidolakan Nabi Muhammad adalah pilihan tepat. Karena beliau Nabi yang ramah, bukan marah. Mendakwahkan Islam dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Kepada beliau, ulama-ulama mencontoh.

Habib Umar bin Hafidz, ulama Aswaja dari Yaman, juga turut menyemarakkan peringatan Maulid Nabi tahun ini. Sosok yang kehadirannya ke Indonesia selalu disambut oleh ribuan pencintanya tersebut, melalui akun Instagram @habibomarcom memberikan amalan shalawat yang khusus dibaca di bulan Rabiul Awal tahun ini.

Shalawat tersebut dianjurkan dibaca sebanyak 5000 kali. Jika lebih dari itu maka lebih baik, insyaallah Allah akan menambahkan kebaikan kepadanya.

Berikut bunyi shalawat dari Habib Umar:



اَللَّهُمَّ يَا رَبِّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ عَدَدَ عِلْمِكَ، وَأَذْهِبْ حُزْنَ قَلْبِيْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَفَرِّجْ كُرُوْبَ أُمَّتِهِ، وَحَوِّلْ أَحْوَالَهُمْ إِلَى أَحْسَنِ الْأَحْوَالِ، يَارَحْمنُ

"Ya Allah Tuhan daripada pemimpin kita Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Sayyidina Muhammad, keluarganya, serta sahabatnya seluas pengetahuan-Mu, dan hilangkanlah kesedihan hatiku di dunia dan di akhirat dan berikanlah kelapangan atas musibah umat Nabi Muhammad dan ubahlah keadaan umat Nabi Muhammad ke keadaan yang lebih baik, wahai Yang Maha Pengasih."

Semoga kita bisa mengamalkan shalawat tersebut selama bulan Rabiul Awal yang tersisa beberapa hari ini.


*)Moh. Mizan Asrori Penyuka lantunan shalawat Nabi yang masih terus belajar menjadi seperti Nabi, meski entah kapan akan benar-benar mampu meneladani Nabi seutuhnya. Bisa dihubungi melalui Instagram @mizan_arjuna atau Facebook Moh Mizan Asrori.
Read More

Jumat, November 22, 2019

Kisah Klasik: Ekstrimisme Kekerasan

Kisah Klasik: Ekstrimisme Kekerasan

Penulis: DR (HC) KH. Husein Muhammad
Jumat 22 Nopember 2019
Ilustrasi: Islam-Damai

Peristiwa-peristiswa kekerasan dan tragedi kemanusiaan atas nama agama tersebut sesungguhnya telah berlangsung hampir sepanjang sejarah kaum muslimin di berbagai tempat di dunia. Korban kekerasan tersebut hampir seluruhnya adalah tokoh-tokoh besar, pemikir besar dan kaum sufi terkenal. Imâm Jalâl al-Dîn al-Suyûthî pernah mengatakan:

مَا كَانَ كَبِيْرٌ فِى عَصْرٍ قَطُّ إِلَّا كَانَ لَهُ عَدُوٌّ مِنَ السَّفَلَةِ

“ma kâna kabirun fi ashr (fi Qawmin) qathth illa kâna lahu aduwwun min al-safalah” (tidak seorang besar pun dalam suatu zaman/suatu komunitas, kecuali dia memiliki musuh orang-orang awam).

Sejarah kaum muslimin pernah mencatat nama-nama besar yang menjadi korban kekerasan tersebut baik secara fisik, psikologis, deprivasi maupun alienasi sosial. Abû Yazîd al-Busthâmi, seorang sufi besar, diusir dari negaranya. Ini karena ucapannya: “Subhânî mâ azhama Syanî” (Maha Suci aku betapa Agungnya aku). Dzûn Nûn al-Mishri, sufi terkemuka, diseret ramai-ramai, dipimpin sejumlah ulama, dari Mesir ke Baghdad dengan tangan dan kaki yang dirantai.

Publik awam ikut serta menuduhnya kafir zindiq. Sahl al-Tusturî, diusir dari negaranya ke Bashrah setelah dituduh kafir.  Ini mungkin gara-gara ucapannya: “al-Taubah Faridhah ala al-Abd fi Kulli Nafas”(Taubat adalah wajib bagi setiap hamba Allah pada setiap hembusan nafasnya). Abû Saîd al-Kharraz, ulama besar, divonis kafir oleh para ulama lain gara-gara tulisannya yang kontroversial. Abû al-Qâsim al-Junaid al-Baghdâd, sufi agung, berkali-kali dikafirkan karena ucapan-ucapannya yang aneh tentang Ketuhanan.

Ia akhirnya mendekam di rumahnya sampai mati. Tokoh besar yang paling populer kisah penderitaannya adalah Abû Manshûr Husein al-Hallaj. Ia dituduh kafir dan menyesatkan gara-gara ucapan-ucapannya, antara lain: “Ana al-Haq”(Akulah Kebenaran)  atau ucapannya yang lain: “Laisa fî al-Wujûd illa Allah” (tidak ada sesuatupun dalam wujud ini kecuali Tuhan), atau “Ma fi al-Jubbah Illa Allah” (Yang ada di Jubbahku hanya Allah)  dan lain-lain. Ia dikenal sebagai pencetus paham ittihâd (manunggaling kawula lan Gusti). Ia akhirnya divonis mati di tiang gantungan. Sama dengan al-Hallaj adalah Muhyiddîn Ibnû Arabî, seorang sufi dengan predikat populer al-Syaikh al-Akbar (guru besar).

Ia terkenal dengan pandangannya tentang wihdah al-adyân (kesatuan agama-agama) sebagaimana ungkapan dalam bukunya yang terkenal Tarjuman al-Asywaq atau bukunya yang lain. Ia juga dikenal sebagai pendiri paham wihdah al-wujûd. Nama-nama tokoh besar lain yang mengalami nasib serupa; dikafirkan, adalah al-Syibli, Syeikh Abû al-Hasan al-Syadzili, Izz al-Dîn bin Abd al-Salam, Taj al-Dîn al-Subkî dan lain-lain. (Baca: Zaki Mubarak, Al-Tasawwuf al-Islâmi fî al-Adab wa al-Akhlâq, hlm. 141-143). Tokoh lain yang mengalami stigmatisasi sejenis adalah kaum filosof semacam Ibn Sina, Ibn Bajah atau Ibn Rusyd.

(Bersambung)

21.11.19
HM
Read More
Tanwir ‘Aisyiyah: Melawan Fiqh Maskulin

Tanwir ‘Aisyiyah: Melawan Fiqh Maskulin

Penulis: Nurbani Yusuf
Jumat 22 Nopember 2019
Ilustrasi : Muhammadiyah.or.id

 ‘Aisyiyah memang beda. Bukan hanya modern tapi juga berani melawan fiqh mapan. Masih banyak bukti bahwa perempuan Muhammadiyah ini memang patut dipuji: Dua buah universitas, ribuan PAUD dan TK—bahkan klinik bersalin hingga puluhan rumah sakit bertaraf internasional—-‘Aisyiyah adalah  inspirator gerakan perempuan dan pembebasan di Indonesia.

Ketika Gerakan gender di Barat baru bicara soal kesetaraan laki-laki dan perempuan—100 tahun yang lalu Walidah berkuda ke tempat ngaji, Siti Mundjiah membangun PAUD, Siti Bariyah dan Siti Badilah menerbitkan majalah Soeara ‘Aisyiyah surat kabar pertama di dunia yang diterbitkan perempuan —ketika perempuan yang lain masih berposisi sebagai konco wingking atau suwargo nunut neraka katut.

‘Aisyiyah mungkin tak sekontroversial aktifis perempuan Amerika Serikat Prof Ameena Abdul Wadud dan aktifis perempuan lainnya yang menyoal tentang kenapa shaf perempuan di belakang laki laki, soal waris yang mendapat separo atau aqiqahnya hanya seekor.

Gerakan Perempoean ini memang spesial—tidak banyak wacana tapi menunjukkan bukti. Pikiran majunya sering melampaui jamannya— termasuk konsep keluarga sakinah yang di gagasnya adalah simbol pikiran progresif. Keliru besar jika kemudian hanya dipahami tentang berapa jumlah isteri—atau sosok perempuan saleh yang rela dimadhu—

Gerakan ‘Aisyiyah cenderung substantif bukan berhenti pada simbol—apalagi menyerahkan dirinya atas kehendak laki laki sebagaimana banyak di bahas pada fiqh maskulin yang memposisikan perempuan sebagai pelengkap. Jika berpikir demikian, anda salah—‘Aisyiyah bukan perempuan macam itu. Perempuan Muhammadiyah akan mencari surganya sendiri bukan ‘surga gratis’ pemberian laki-laki—

‘Aisyiyah beda dengan Perempuan Arab yang hingga hari ini masih menjadi komoditas fiqh maskulin—banyak larangan dan kehilangan banyak hak. Masih berjuang untuk bisa mendapatkan surat ijin mengemudi atau bisa sekolah setara dengan laki laki.

Satu contoh—Hak memperoleh pendidikan saja di negara-negara Arab masih jadi bahan bincang dan harus diperjuangkan, padahal di Indonesia sudah puluhan perempuan menjadi mentri,  gubernur, walikota, rektor, dekan, direktur dan jabatan-jabatan strategis lainnya—hal mana masih berupa mimpi di sebagian besar negara Arab teluk.

‘Aisyiyah melawan dominasi fiqh mapan yang berpihak pada kaum laki-laki. Bukan tidak setuju dengan poligami. Tapi ketika yang memenuhi syarat tak mau menjalankan karena alasan tak mampu sementara ada yang ngeyel poligami padahal tak berkemampun—ini yang cukup merisaukan.

Apalagi ada gerakan kawin muda dan poligami yang semakin vulgar—maka Aisyiyah punya kewajiban moral melakukan perlindungan terhadap fiqh maskulin yang dipaksakan dengan berbagai dalih dan pemahaman versi laki atas dasar kepentingannya sendiri. Ini bukan hanya soal poligami atau boleh tidaknya nikah lebih dari sekali—tapi soal masa depan kemanusiaan yang lebih besar.

Bukankah isteri-isteri Nabi saw juga pernah memboikot nabi saw untuk beberapa hari ( al Ahzhab-28--32) bahkan Umar ibnl Khattab juga sempat marah kepada Hafsyah putrinya yang ikutan bersekongkol melawan Nabi—

Apapun kondisinya —perempuan memang sangat exotic, bahkan surga pun akan kehilangan daya tarik tanpa kehadiran perempuan—

@nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar
Read More
Alasan Michael H. Hart Menempatkan Nabi Muhammad di Urutan Pertama Dari 100 Tokoh Dunia Paling Berpengaruh di Dunia

Alasan Michael H. Hart Menempatkan Nabi Muhammad di Urutan Pertama Dari 100 Tokoh Dunia Paling Berpengaruh di Dunia

Penulis : Ust. Miftah el-Banjary MA
Jumat 22 Nopember 2019
Ilustrasi : BukuKita

Michael Hart merupakan seorang ahli sejarah sekaligus penulis buku tersohor dari Amerika Serikat yang pernah bekerja sebagai guru besar Astronomi dan Fisika di Universitas Maryland AS.

Selain itu, ia pernah bekerja pada NASA, sebuah lembaga riset ilmu pengetahuan pemerintah Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas program penelitian luar angkasa.

Dari segi pengalaman maupun keilmuan tentu kita tidak bisa meragukan kualitasnya. Banyak kontribusi dan karya besar yang telah ia hasilkan sepanjang hidupnya.

Di antara karyanya yang monumental dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa adalah 100 Tokoh Dunia Paling Berpengaruh yang memuat biografi tentang tokoh-tokoh berpengaruh sepanjang sejarah tersebut serta peran dan kontribusinya terhadap dunia.

Dalam buku tersebut, Hart menempatkan Nabi Muhammad Saw sebagai manusia berpengaruh sepanjang sejarah melebihi tokoh lainnya. Mengalahkan Jesus, Moses dan tokoh hebat lainnya. Lantas, apa alasan Michael Hart menempatkan nama Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh pertama?

Menurutnya, Nabi Muhammad Saw lahir dari keluarga sederhana yang jauh dari pusat peradaban. Meskipun demikian, Nabi Muhammad menjadi seorang yang terjaga dan tidak terlibat dalam tindakan penyimpangan sosial yang menjadi tradisi masyarakat Arab pada masa jahiliyah.

Nabi Muhammad Saw menjalani hidup sesuai dengan tuntunan Tuhan. Tidak pernah sekalipun Muhammad berbohong, menipu, berzina atau mabuk-mabukkan sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Arab di masa itu.

Kehidupannya membaik setelah menikah dengan Sayyidah Khadijah. Keberadaan Muhammad di masyarakat Quraisy semakin di perhitungkan setelah berhasil menyelesaikan perselihan peletakan Hajar Aswad secara bijaksana.

Semua kekayaan dan kenyamanan yang ada pada dirinya tak membuatnya tenang. Nabi Muhammad Saw terkenal sebagai orang yang ramah, ringan tangan dan suka berbagi pada sesama.

Beliau memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi terhadap sesama manusia. Beliau memikirkan kondisi masayarakatnya yang terbelakang dan jauh dari peradaban. Kegelisahan inilah yang membuatnya merenung di gua Hira hingga diangkat menjadi nabi.

Nabi Muhammad Saw menyebarkan agama Islam pada masyarakatnya selama -+23 tahun. Meskipun mendapat banyak cobaan tak sedikitpun mematahkan asa sang nabi Allah. Bahkan posisi kemuliaan, kedudukan serta kekayaan ditawarkan pemuka-pemuka Quraisy tidak sedikitpun merubah tekadnya.

Dengan lantang beliau berkata: “Andaikata kalian meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku. Aku tak akan sedikitpun menghentikan perjuanganku sampai aku berhasil atau hancur karenanya”.

Beliau kemudian hijrah ke Madinah dan mulai terlihat tanda-tanda keberhasilannya. Setelah kurang lebih dua puluh tiga tahun berdakwah Nabi Muhammad telah berhasil meng-Islamkan seluruh jazirah Arab.

Beliau berhasil mendidik masyarakat terbelakang menjadi masyarakat yang berkembang secara kultur sosial politik maupun militer.

Bahkan beberapa tahun setelah wafatnya, pengikutnya berhasil menumbangkan Imperium-Imperium besar dunia seperti Romawi dan Persia, kedua negara besar yang pernah menjadi super power dunia selama ratusan tahun. Bahkan janji pakaian kebesaran Kisra Persia kepada seorang Badui yang hendak membunuhnya beliau penuhi.

Sebagai tokoh agama, Nabi Muhammad Saw adalah Nabi yang paling berhasil memunculkan kebangkitan agama di muka bumi. Ia adalah teladan terbaik bagi manusia yang ingin menemukan jalan kebahagiaan.

Sepanjang zaman, betapa banyak tokoh yang menghormati Muhammad dan bertawasul kepadanya. Nabi Muhammad Saw menyandang gelar paling termulia. Nabi ini selamanya akan menjadi teladan kebaikan bagi kehidupan.

Banyak tokoh-tokoh besar di dunia ini yang pernah mewarnai sejarah. Pribadi-pribadi besar umat manusia biasanya dapat dikenal melalui ideologi dan pengaruhnya dalam setiap peninggalan serta karya besar mereka.

Alquran merupakan mukjizat besar dan agung Nabi Muhammad yang merupakan manifestasi dari kebenaran dan kepribadian spiritual beliau. Nabi Muhammad adalah sosok yang agung dan terpilih dengan kriteria spiritualnya yang tinggi di mana pemikirannya mampu mempengaruhi dunia. Besarnya pengaruh Nabi Muhammad tidak akan pernah padam dan akan kekal abadi sampai akhir zaman.

Sebab jutaan manusia yang hasud padanya tak akan mampu memadamkan terangnya cahaya sang mataharinya dunia. Allah Swt telah memberikan cahanya agama sucinya lewat Nabi Muhammad. Beliau adalah cahaya abadi yang menerangi permukaan bumi.

Tidak semua manusia kenal dengan tokoh besar semacam Thomas Aquinas, Lewis Coser, Sun Zhu, Manmohan Sing, Mahatma Gandhi, Vladimir Putin, Dalai Lama, Kisra Persia dsb. Namun penulis berspekulasi bahwa satu pertiga miliar manusia atau bahkan lebih tak akan asing dengan nama Muhammad sang Nabi Allah.

Nabi Muhammad Saw adalah pribadi cemerlang di antara makhluk hidup dan senantiasa hidup karena pengaruh ideologinya yang mengakar kuat dalam kehidupan manusia. Sementara itu, cendikiawan tidak dapat mengabaikan kebenaran yang disampaikan Rasulullah.

Sosok yang diutus Tuhan untuk memberi petunjuk dan hidayah manusia haruslah memiliki sifat terpuji serta berkepribadian tinggi. Nabi Muhammad Saw sejak kecil terjaga dari penyimpangan sosial dan jahiliyah seperti penyembahan berhala. Nabi Muhammad adalah pribadi sempurna yang berhasil mengendalikan hawa nafsu dan syahwatnya.

Selama mengarungi kehidupan, Nabi Muhammad melaksanakan ajaran Ilahi baik dengan berfikir secara praktis. Beliau mampu memadukan cipta, rasa dan karsa dalam kehidupan yang menyatukan dunia dan akhirat. Sehingga memaksa setan-setan untuk tunduk pada tekad kuatnya yang membaja. Keutamaan Nabi Muhammad tidak dimiliki oleh orang lain.

Bahkan para ulama dunia dan Nusantara sekaliber Imam Al-Ghazali, Imam Khomeini, Ali Khamenei, Hamzah Fansuri, Syeikh Yusuf Al-Maqassari, KH Hasyim Asy’ari dan lain sebagainya menekankan kita untuk menghormatinya.

Kini 14 abad setelah wafatnya, pengaruhnya masih mengakar kuat pada hati sanubari sebagian besar penduduk bumi. Meskipun beberapa pihak yang tak menyukainya cenderung mendiskredikannya dengan berbagai macam propaganda.

Semoga kita bisa menjadikan Islam yang ada di bumi Nusantara sebagai rahmatan lil alamiin bagi alam semesta. Wallahu A’lam Bishawab.
Read More
Menangislah! Jika Rindu Pada Nabi Muhammad

Menangislah! Jika Rindu Pada Nabi Muhammad

Penulis: Ust. Dr. Miftah el-Banjary, MA
Jumat 22 Nopember 2019
Ilustrasi: NU-online

Dalam sebuah riwayat hadits yang shahih, sebatang pohon kurma yang biasanya dijadikan sandaran Rasulullah berkhutbah di Masjid Nabawi, pernah menangis merintih manakala para sahabat membuatkan mimbar baru buat Rasulullah Saw.

Tangisan itu didengar jelas oleh para sahabat, disebabkan kerinduannya pada Rasulullah. Hingga, ditenangkan oleh Rasulullah. Kata al-Imam Syafie, seharusnya kita umatnya lebih patut menangisi Rasulullah, karena kerinduan itu.

Sahabat Nabi bernama Tsauban, seorang anak muda yang memiliki kecintaan luar biasa pada Rasulullah, hampir setiap malam -hingga sakit yang membawanya pada sakratul maut- menangis merindukan kekasih hatinya, Rasulullah.

Seorang nenek di Mesir pernah menangis, lantaran sudah tiga malam beliau tidak dikunjungi Rasulullah dalam mimpinya, padahal biasanya sepanjang malam ditemui oleh Rasulullah dalam mimpinya, karena keberkahan shalawat yang terus ia baca.

Ada diantara para ulama yang menangis lantaran bermimpi dengan Rasulullah, namun tak mampu menatap wajahnya yang mulia. Hal itu pun membuat mereka bersedih dan mencucurkan air mata.

Bayangkan dengan kita?!!

Pernahkah kita menangis mengenang kerinduam pada Habibul al-Musthafa ataukah air matamu menetes hanya perkara-perkara dunia yang hina? Atau engkau meneteskan air mata atas nama keagungan dan kerinduan al-Habibul Musthafa?

Bukankah al-Imam al-Bushiri berkata dalam syair Burdahnya:

فكيف تنكر حبا بعد ما شهدت   به عليك عدول الدمع والسقم

"Bagaimana kamu dapat memungkiri cinta dan derita? Sedangkan saksi adil berupa air mata telah bersaksi akan cintamu yang jujur tanpa dusta."
Read More

Kamis, November 21, 2019

Kisah Nyata : Perlawanan Wanita yang Diteriaki "Kafir"

Kisah Nyata : Perlawanan Wanita yang Diteriaki "Kafir"

Penulis: Kennedy Jennifer Dhillon
Kamis 21 Nopember 2019

Ilustrasi : RedaksiIndonesi
Siang ini saya mengalami sebuah peristiwa yang cukup menguras emosi, dan jujur peristiwa ini membuat saya sangat sedih terhadap kondisi negara ini. Betapa keracunan agama itu sudah merusak semua lapisan masyarakat kita.

Jadi tadi siang saya ke ATM, dan ATM ini terletak di dalam sebuah apotik. Saat saya masuk ke dalam apotik, ada dua bapak2 sedang beli obat. Lalu ada seorang ibu, dan anaknya duduk di kursi tunggu lengkap dengan atribut keagamaan mereka.

Di mesin ATM hanya ada satu bapak saja sedang antri menarik uang, dan saya berdiri tepat di belakang bapak tersebut. Saat saya berdiri, si ibu ini langsung suruh anaknya berdiri juga dan ambil uang buru2. Saya tidak memberikan kesempatan kepada anak perempuannya, yang kurang lebih mungkin duduk di bangku SMP. Saya bilang, "Kamu dari tadi nggak antri, kok giliran orang antri main mau masuk aja narik uang?”

Ibunya teriak, “Iya anak saya duluan! Kita dari tadi di sini!“ Saya bilang ke dia, "Kalau mau narik uang berdiri antri di barisan antrian bukan duduk santai terus seakan ATM milik sendiri main mau narik uang." Saya tidak memberikan kesempatan pada anaknya, saya tidak mau membiasakan memberikan toleransi pada hal yang salah. Dan tindakan saya dibenarkan oleh dua orang bapak yang sedang beli obat. Mendengar statement kedua bapak tersebut, si ibu ternyata kepanasan terus dia bilang ke anaknya, “Yang waras ngalah aja Dek, udah kamu duduk ntar berdiri terus kurus!”

Saya bilang ke dia, “Yang nggak waras kamu, emang ada saham bapakmu di ATM ini? Maksudmu apa ngomong gitu?” Dia nggak menjawab, dan langsung main keluar ke parkiran.

Selesai saya narik uang, saya dan kedua bapak tersebut keluar. Saat saya keluar, si ibu ini meludah dan ngomong ke saya, “Dasar kafir sejenis Ahok! Kafir jahanam numpang hidup di Indonesia! Najis sama kamu tuh!” Lalu dia mau buru2 berlalu masuk ke dalam lagi. Saya langsung tarik bajunya, dan saya cengkeram kuat2 lalu saya tanya, “Siapa yang kafir? Coba ulang lagi!" Saya mengeluarkan hp saya utk merekam, "Coba sekali lagi diulang! Siapa yang kafir? Siapa yang numpang hidup gratis di Indonesia? Ngomong sekali lagi biar viral, dan sekalian saya antar kamu ke polsek atau polres terdekat!”

Dia kaget, langsung terdiam dan pucat. Kedua bapak tadi bilang ke saya, “Tampar Mbak, injak mulutnya! Dia pikir semua minoritas bisa diinjak apa? Seakan karena sudah berhasil menjarain Ahok, semua bisa diperlakukan semau mereka!” Dan seorang bapak yang mengenakan peci bilang, “Kamu buat malu aja teriak2 kafir! Sudah salah nggak antri malah mau nyerang orang! Tampar aja Mbak.”

Nggak ada satu orang pun yang membela dia, saya malah suruh dia telpon suaminya dan datang ke tempat itu. Kunci motornya saya cabut, dan saya kantongin. Dia makin ketakutan dan gemetar. Bahkan satpam, dan tukang parkir mulai ngumpul dan menyalahkan dia. Anaknya mulai nangis minta tolong dan minta maaf ke saya agar mamanya dilepaskan. Semua yang kumpul menyuruh saya bawa dia ke kantor polisi dan mereka siap jadi saksi. Bayangkan betapa mungkin orang2 itu pun sudah muak menghadapi manusia model ibu ini.

Saya bilang ke dia, sambil menunjukkan KTP dan NPWP saya. Saya bilang, “Ini KTP saya, dan ini NPWP saya dimana saya nggak pernah telat bayar pajak sekali pun tinggal di tanah kelahiran saya ini! Saya nggak lagi numpang tinggal gratis! Saya lahir dan besar di Indonesia. Dan sangat mencintai Negara ini! Kamulah kadal gurun yang numpang tinggal di negara ini, dengan tujuan merusak tenun toleransi di negara ini! Sekarang tiarap, dan jilat ludah yang tadi kamu buang seenakmu. Dan setelah itu kita ke polisi, saya akan ajarkan kamu cara antri dan berkata2 yang baik nanti dihadapan polisi!”

Si ibu yang bacotnya kurang ajar ini ternyata nyalinya ciut. Dia mulai menangis dan memohon2 ke saya untuk memaafkannya dan mengaku khilaf. Anaknya sampai pegang2 kaki saya minta maaf, dan mengakui mamanya salah. Sementara orang sekitar tetap teriak, ada yang suruh saya nampar, tabok, bawa ke polisi, dll. Kak Mindo Carlo Sopar Pasaribu aja yang saya ceritain gemes, dia bilang harusnya tampar sekali biar buat pelajaran. Di saat itu juga datang kepala security setempat, beliau menegur si ibu keras untuk kesalahannya dan menanyakan ke saya, “Kakak kau gimana? Mau ke polisi aja? Kalo ya, kita siapkan mobil antar beserta para saksi, Kak.”

Mendengar penjelasan itu, si ibu dan anak makin jejeritan ketakutan dan minta maaf. Saya akhirnya memutuskan memaafkan karena kasihan sama anaknya, dan saya kasih briefing tegas banget ke dia untuk sikap dan kata2nya. Saya bilang ke anaknya, "Kalau ibumu nggak bisa mendidik kamu, kamu yang mendidik dia bagaimana cara bicara yang sopan dan antri yang benar. Tunjukkan bahwa seragam sekolah yang kamu pakai nggak sia2, setidaknya bisa mengedukasi ibu yang bodoh ini ya Dek!"

Si anak memeluk saya sambil menangis kencang, dan berterima kasih sudah memaafkan ibunya. Jujur saya kasihan sama anaknya, bayangkan kalau ada 10 ibu kayak begini dengan masing2 punya 2 anak, kemungkinan besar menciptakan 20 anak serupa yang akhirnya jadi racun di masyarakat. Miris dan menyedihkan sekali. Di tengah lagi sakit, ketemu ibu model begini asli berasa makin sesak nafas saya.

Saya putar otak dari tadi siang, berpikir keras bagaimana caranya menolong generasi muda bangsa ini dari para racun seperti ibu tadi. Begitu mudah teriak kafir, dan meludahi orang. Merasa semua minoritas bisa dikriminalisasi semau mereka. Saya berharap bangsa ini benar2 mengalami revolusi mental, dan hal2 seperti ini bisa jadi perhatian khusus untuk dibenahi oleh kita semua. [Source: Facebook Kennedy Jennifer Dhillon]
Read More