April 2019 - Atorcator
Latest Update
Fetching data...

Selasa, April 30, 2019

Jokowi dan Gus Dur Foto Bersama

Jokowi dan Gus Dur Foto Bersama

fb-blontak-poer

Penulis: Blontank Poer

Atorcator.Com - Tak sengaja bersih-bersih CD koleksi foto lama, nemu adegan Pak Jokowi mencium tangan Gus Dur.

Peristiwa di Kraton Surakarta itu, menurut catatan digital di kamera Canon EOS D30, 8 Januari 2006. Berarti, itu baru beberapa bulan Pak jokowi menjabat Walikota Surakarta.

Jebul, pada masa itu sudah kelihatan jejak kesantrian Jokowi. Tak hanya bisa disimak dari adegan cium tangan, tapi juga bahasa tubuhnya ketika duduk bersebelahan dengan orang besar bernama KH Abdurrahman Wahid.

Semoga Pak Jokowi bisa mewujudkan cita-cita besar Gus Dur yang belum kesampaian, memeratakan keadilan, memajukan kemanusiaan, menomorsatukan Indonesia dan memupuk persaudaraan tanpa memandang latar belakang atau atribut kesukuan, agama dan sebagainya. amin.
Fatihah untuk Gus Dur.

Sumber: Facebook Blontank Poer


Read More

Rabu, April 24, 2019

Terimakasih Tamparannya Pak, Kini Saya Menjadi Lebih Baik

Terimakasih Tamparannya Pak, Kini Saya Menjadi Lebih Baik

adi sumaryadi

Penulis: Robert Azmi

Atorcator.Com - Tiba-tiba ada pemuda parlente dengan mobil, bergegas menghampiri lelaki umur hampir setengah abad itu. Ia tersenyum bahagia, lalu langsung meraih tangan lelaki itu. Dan, “Cuppp!” tangannya ia cium.

“Sam pi yan, siapa?” gagap sang lelaki mendekati sepuh itu, kebingungan.

“Ini, Saya pak, Si Anu, murid Bapak di SMP dulu”

“Owalahhhh .... Kamu tho? Kok berubah? Alhamdulillah sekarang kamu sudah beda, ya?”

“Ah, nggak, masih sama kok, Pak. Ini saya yang dulu ... Tapi kalau bukan karena tamparan Bapak dulu, saya tidak akan bisa seperti ini. Terimakasih Bapak telah menampar saya.”

Dengan mata berkaca bahagia, lelaki gaek itu menceritakan kisahnya pada hamba. “Lha memang, dulu dia nakalnya naudzubillah. Tiada satu gurupun yang berani kepadanya. Akhirnya setelah semua usaha kulakukan, karena gelap mata, tamparan itu jadi pilihan terakhir. E, Alhamdulillah, hatinya terbuka. Tidak marah padaku, malah berterimakasih,” sejenak kemudian, dia malah tersenyum geli sendiri, “Aku dulupun sebenarnya juga agak lumayan juga sih hehe ... tapi berkat itu, sampai sekarang guru yang kujahili malah aku semakin mendekat dan mengaguminya”.

“Lho, memang apa jahilnya?” sergahku.

“Waktu dulu Beliau mengajar Matematika didepan kelas dan dilanjut dengan menguji kami satu persatu. Ketika giliranku, aku malah ngomong, ‘Halah Pak ... Pak ... Wong Matematika tidak jadi pertanyaan kubur saja kok dipersulit’”.

Aku seketika ngakak sekerasnya. Dan maklum akan kejadian setelahnya.

Guru zaman dulu, kisaran 90-80 kebawah, memang rata-rata bloko sutho; terang-terangan menyalahkan dan menasehati anak didiknya ketika ada salah. Karena mereka lepas, tiada perasaan apa-apa dengan orang tua yang telah 100 persen pasrah padanya, dan yang ada hanya bagaimana agar anak didiknya bisa menjadi lebih baik.

Kalau sekarang, entahlah. Tapi yang jelas, model pendidikan zaman dulu itu, masih banyak diterapkan di Pesantren berbasik salaf. Banyak dari para Kyai muda ataupun sepuh yang langsung mak klek; secara langsung menegur para santri yang tidak sesuai dengan syariat atau adab: Bawa kitab tidak hormat, ditegur. Dengan guru tidak hormat, ditegur. Apalagi hal yang jelas-jelas melanggar syariat. Itu khusus untuk anak didik mereka yang telah dipasrahkan orang tuanya. Untuk berhadapan dengan masyarakat awam, beda lagi gayanya.

Seperti kemaren waktu Haflah Akhir Sannah Madrasah Desa kami. Ketika Mbah Yai Muballigh yang sepuh naik keatas panggung agak tinggi. Karena santri panitia tidak cekatan untuk mengiring dan memapahnya. Kakak hamba bergegas maju untuk memapah Beliau. Dan kemudian membisiki salah satu panitia, “Gimana Sampeyan ini?! Mbok yao adabnya di lakukan cekatan. Lihat Mbah Yai kesulitan langsung tanggap!”.

“Masalah adab, memang saya agak tidak sabaran, Dik,” katanya padaku, “Sebab dulu ketika ada salah satu Kyai sepuh datang ke acara. Aku tidak ikut-ikutan berdiri menyalami Beliau. Waktu Beliau mendekat mengulurkan tangan, sedang aku masih duduk. Beliau membisikiku, ‘Hei, kalau ada Kyai datang, berdiri!’. Seketika itu Beliau mengajarkan adab padaku. Dan itu selalu terngiang sampai sekarang.”

Dalam sebagian riwayat. Hadratus-Syaikh Mbah Yai Hasyim Asy’ari, kok melihat ada santri sowan berdiri. Dengan tegas langsung berkata, “Duduk!”.

Malah kawan saya ada yang ektstrim. Ketika ada anak kelas sowan dan meminta salaman. Kok tidak mencucup tangannya. Dia bilang, “Ulangi! Salaman macam apa itu?! Cucup ini tangan!” Kalau sudah Cupppppp! “Nah, ini baru benar. Kalau sama Mbah Yai dan Orangtuamu, harus gitu cara salamannya!”

Ini bukan tentang Kyai atau guru ingin dihormati. Bukan! Tapi ini tentang pengajaran tatakrama yang jadi hal paling utama. Aduhai, betapa banyaknya yang pintar dan cerdas, tapi menyakiti sesama tanpa sadar, sebab lakunya tanpa adab.

Ingatkan? Dawuh, “Menjaga adab lebih baik daripada mengikuti perintah?!” dimana asal muasalnya adalah ketika Kanjeng Nabi Shallallahu ‘Alayhi Wasallama melarang sahabat untuk memuji Beliau, tapi malah para karib baginda Nabi SAW. banyak yang menciptakan Syair pujian. Hingga ada dawuh, “Adab diatas ilmu”.

Jadi, kisah terbuka hati anak SMP yang kena tampar, sekaligus gurunya yang dulu juga ruwet diatas. Kalau tidak terpantik dengan adab dan rasa syukur. Apakah ada alasan lain?

Imam Syafi’i pernah mencontohkan adab pada orang yang suka memotong pembicaraan. Dan itu langsung didepan khalayak ramai: “Aku selesaikan dulu masalah ini, baru nanti ke permasalahan yang kamu kehendaki.” (Tadzkiratus-Sami’ Wal-Mutakallim Lis-Syaikh Badruddin al-Kannaani as-Syaafi’i Hal: 127 Maktabah Ibnu Abbas)


Wallahu A’lam bis-Shawaab.
Read More

Selasa, April 23, 2019

HTI dan FPI Sebaiknya Belajar Lagi Tentang Ketegasan dan Kekerasan Sayyidina Umar

HTI dan FPI Sebaiknya Belajar Lagi Tentang Ketegasan dan Kekerasan Sayyidina Umar

redaksi-indonesia

Penulis: Muhammad Nur kholis
(Redaktur)

Atorcator.Com - Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia, kita sering mendapati orang-orang yang sangat radikal dalam menyampaikan pesan-pesan agama islam. Salah satu contoh yang menjadi perhatian penulis adalah adanya kelompok seperti Front Pembela Islam (FPI) yang dipimpin oleh Habib Rizieq Syihab, dan Hizbut Tahrir yang biasanya dikompori oleh Ustaz Bachtiar Nashir sebagai tokoh utama di balik kelompok yang menjadikan kalimat tauhid sebagai bendera resmi mereka.

Mengapa penulis anggap kedua kelompok ini radikal. Karena sudah jelas, mereka terlalu memaksakan apa yang menjadi kehendak mereka. FPI yang terpusat di ibukota Jakarta berdasarkan track recordnya pernah beberapa kali melakukan sweeping kepada warung-warung yang tetap buka ketika siang hari dibulan Ramadhan. Dan tidak segan-segan mengobrak-abrik tempat penjualan minuman keras.

HTI, walau jarang sekali kita lihat melakukan konfrontasi, namun setidaknya kegiatan massif mereka baik di dunia maya atau di kampus-kampus dalam menggaet anggota untuk mendirikan negara khilafah, setidaknya perlu dicap sebagai tindakan yang radikal dan jelas membahayakan untuk NKRI. Dapat kita saksikan pula beberapa pidato yang dilontarkan oleh pentolan-pentolannya betapa di dalamnya sangat mengandung dendam-dendam yang ingin segara dibalaskan.

Ucapan “Ummat islam harus memiliki orang-orang tegas seperti sayyidina umar agar tidak ditindas. Dan kami akan berusaha untuk itu.” menjadi semacam alibi bagi mereka untuk menghakhiri perdebatan jika diprotes mengapa harus mengambil tindakan seperti itu. Alibi ini jelas mengkambing hitamkan karakter sayyidina umar yang bahkan setan sekalipun akan lari ketika melihat beliau melintas.

Lantas apakah sikap mereka, yang mereka anggap sebagai bentuk ketegasan dapat disamakan dengan sikap sayyidina umar? Ini yang patut dianalisis lebih dalam. Karena bagaimanapun juga mengambil sikap/tindakan orang lain tidak bisa dijadikan sebagai legalitas mereka dalam bertindak. Perlu adanya pertimbangan matang untuk melakukan hal itu.

Terkait dengan hal itu, ada kisah menarik yang ditulis oleh Imam al-ghazali dalam magnum opusnya Ihya’ Ulumuddin. Dimana suatu ketika sayyidina umar memergoki seorang pria dan perempuan dengan sebotol khamar dalam satu rumah. Sayyidina umar memergoki mereka dengan memanjat dinding tanpa melalui pintu dan meminta izin sebelumnya kepada pemilik rumah. Sayyidina umar yang sudah memanas menyaksikan kejadian itu tidak bisa berkutik dan memaafkan perbuatan pria itu setelah pria itu mengajukan banding dikarenakan kesalahan sayyidina umar yang masuk tanpa melalui pintu dan memohon izin sebelumnya dimana tindakan yang dilakukan oleh sayyidina umar dilarang dalam Al-Qur’an. Demikianlah tegas yang ada dalam pribadi sayyidina umar. Selain tegas pada orang lain dia juga bersifat tegas untuk menerapkan aturan pada pribadinya sendiri.

Demikianlah pesan yang sulit dan bahkan enggan untuk ditiru oleh kedua kelompok tersebut. Mereka lebih menonjolkan sifat-sifat kerasnya tanpa memerhatikan sisi lemah lembut dan pemaafnya sayyidina umar dan betapa sayyidina umar mampu dengan segenap kerendahan hatinya menerima kesalahan dirinya sendiri dengan lapang dada.

Dan lewat kisah ini, penulis dapat mengambil sebuah pelajaran berharga bahwa cara untuk mencegah kemaksiatan yang dilakukan oleh orang lain atau cara kita bertindak harus tetap dalam koridor yang dibenarkan oleh peraturan yang berlaku. Bukan dengan cara main hakim sendiri.

Dengan ini, penulis berharap adanya kejelasan antara kekerasan dan ketegasan. Sayyidina Umar cenderung lebih mendahulukan sebuah kebijaksanaan daripada nafsu. Berbeda dengan kemarahan yang cenderung memutuskan sebuah tindakan dengan emosi tinggi dan nafsu belaka.


Wallahu a’lam bisshowab.
Read More
Kepemimpinan Kyai NU

Kepemimpinan Kyai NU


laduni

Penulis: KH Ma’ruf Khozin

Atorcator.Com - KH Sahal Mahfudz sudah diajukan menjadi Rais Am sejak Muktamar ke 27 di Situbondo, namun dalam sistem Ahwa (Ahlul Halli wal Aqdi) KH As'ad Syamsul Arifin lebih berkenan memilih KH Ahmad Siddiq. Baru pada tahun 1999 KH Sahal Mahfudz menjadi Rais Am pada Muktamar ke 30 di Lirboyo, Kediri.

Setelah KH Sahal Mahfudz wafat, para penerusnya merasa 'kurang layak' menduduki jabatan tertinggi para Kyai tersebut. KH Mustofa Bisri yang terpilih secara aklamasi dalam Ahwa mengundurkan diri. Naiklah KH Ma'ruf Amin yang sebelumnya ditunjuk sebagai Wakil Rais Am. KH Ma'ruf Amin sering dawuh: "Saya ini adalah Rais Am min haitsu la yahtasib" (tidak terduga sebelumnya).

Setelah beliau diminta menjadi Cawapres maka beliau mengundurkan diri. Penggantinya adalah Wakil Rais Am KH Miftahul Akhyar. Beliau pernah dawuh dalam salah satu kesempatan: "Saya ini Rais Am Adh-Dharuri" (darurat), karena aturan AD/ ART mengharuskan beliau menggantikan posisi Rais Am sekaligus ada desakan dari para Kyai sepuh seperti KH Maimun Zubair dan KH Nawawi Sidogiri Pasuruan.

Mengapa sikap tawadhu' para Kyai begitu terlihat dalam hal kepemimpinan? Sebab masalah kepemimpinan ini bukan sekedar jabatan di dunia, tetapi ada pertanggungjawaban kelak di akhirat:

ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ، ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻗﺎﻝ: «ﺇﻧﻜﻢ ﺳﺘﺤﺮﺻﻮﻥ ﻋﻠﻰ اﻹﻣﺎﺭﺓ، ﻭﺳﺘﻜﻮﻥ ﻧﺪاﻣﺔ ﻳﻮﻡ اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ، ﻓﻨﻌﻢ اﻟﻤﺮﺿﻌﺔ ﻭﺑﺌﺴﺖ اﻟﻔﺎﻃﻤﺔ»


Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Sungguh kalian akan senang menjadi pemimpin, dan kepemimpinan akan menjadi penyesalan di hari kiamat. Maka Sebaik baiknya bayi menyusui, dan seburuk-buruk anak yang dilepas dan ASI" (HR Bukhari)

Maksud hadis bagian akhir tersebut:

ﻓﻨﻌﻢ اﻟﻤﺮﺿﻌﺔ ﺃﻭﻝ اﻹﻣﺎﺭﺓ ﻷﻥ ﻣﻌﻬﺎ اﻟﻤﺎﻝ ﻭاﻟﺠﺎﻩ ﻭاﻟﻠﺬاﺕ اﻟﺤﺴﻴﺔ ﻭاﻟﻮﻫﻤﻴﺔ.


Nabi mengumpamakan kepemimpinan seperti anak kecil yang sedang diberi ASI, karena awalnya ada kenikmatan seperti harta, jabatan, kenikmatan indrawi atau prasangka


ﺑﺌﺴﺖ اﻟﻔﺎﻃﻤﺔ ﺁﺧﺮﻫﺎ ﻷﻥ ﻣﻌﻪ اﻟﻘﺘﻞ ﻭاﻟﻌﺰﻝ ﻭاﻟﻤﻄﺎﻟﺒﺔ ﺑﺎﻟﺘﺒﻌﺎﺕ ﻳﻮﻡ اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ


Nabi mengibaratkan akhir dari sebuah jabatan seperti anak kecil yang dilepas dari ASI (disapih; Jawa) karena akan ada pembunuhan, pelengseran dan penuntutan di akhirat (Hamisy Sahih Bukhari)
Read More
Makna Pembaharuan Islam

Makna Pembaharuan Islam

fb-maimun-nafis


Penulis: Ahmad Maimun Nafis
(Santri Al-Anwar Sarang Rembang Jawa Tengah)

Atorcator.Com - Istilah "pembaharuan Islam" sering kali dijadikan tameng oleh banyak orang untuk mengkoreksi dasar-dasar dalam Islam. Mereka mulai merubah komponen-komponen Inti dalam Islam. Pluralisme, sekularisme, dan sebagainya dinilai sebagai titik mula pembaharuan Islam. Tidak.

Sejatinya pembaharuan di sini tidaklah tepat jika dimaknai sebagai "perubahan". Karena yang dimaksud pembaharuan dalam Islam adalah mengembalikan Islam kepada keasliannya sebagaimana baginda nabi ajarkan dahulu.

Ketika orang-orang mulai berani menisbatkan ucapan-ucapan tidak tepat kepada baginda nabi, lantas Umar bin Abdul Aziz melakukan pembaharuan dengan menggagas kodifikasi (pembukuan) Hadist. Tujuannya sudah jelas; mengembalikan Islam kepada ajaran yang asri.

Beda Lagi dengan angkatan Imam Syafi'i. Ketika orang-orang awam sudah mulai berani menyatakan hukum dalam Islam, "ini wajib, ini haram, ini makruh", padahal sejatinya mereka belum berkapasitas untuk mengucapkan itu, beliau kemudian merumuskan
Unsur-unsur dalam berijtihad.

Sehingga menjadi konsensus bersama saat itu bahwa orang yang boleh merumuskan Hukum dalam Islam adalah mujtahid. Itulah pembaharuan zaman tersebut. Agar hukum Islam yang tersebar di tengah masyarakat bisa kembali seperti ajaran baginda nabi.

Imam Asy'ari mengembalikan keasrian akidah Islam dengan ajaran dalil aqli dan dalil naqli (yang saat itu dirongrong oleh mu'tazilah). Imam Ghazali mengembalikan ajaran Islam dari keserakahan duniawi umat muslim menjadi kesucian sufiyah.

Benarlah apa yang diucapkan guru besar kita (KH Maimun Zubair):

"Maksute Tajdid ora kok agamane dirubah. Gak! Tapi dibalekno. Sunnahe Allah siji tok. Tapi carane isite bali bedo2. Zamane Imam Syafi'i ora koyo Zamane Umar bin Abdul Aziz".
"Saiki sampean wes tok zaman. Seng ora usah rame2. Ngaji karangan Ulama."


Sudah......

Sumber: Facebook Maimun Nafis
Read More
Keutamaan Puasa Daud

Keutamaan Puasa Daud

NU-online

Penulis: Shunniya Ruhama
(Pengajar PPTQ Al Istiqomah Weleri-Kendal Murid Mbah Wali Gus Dur)

Tanya: Assalamu’alaikum, wr. wb. Mohon Tanya Bu…..
Atorcator.Com - Seumpama, sering puasa senin dan kamis, tapi mencoba puasa daud.. puasa daud kan sehari puasa sehari tidak, begitu dengan seterusnya.

Pertanyaannya: kalau kita lagi puasa daud kebetulan itu hari ahad, otomatis hari senin nggak puasa kan selasa baru puasa lagi. nah itu hitungannya gimana, apakah puasa sunnah hari senin tetap dapat? 

Yang ke 2, ketika kita puasa daud kebetulan itu berpapasan dengan puasa hari putih 3 hari (ayyamul bidh) itu bagaimana?

Jawab : Wa'alaikumsalam wr. wb.

Pertama, (mengamalkan) puasa (sunnah) itu cukup satu (jenis) saja yang penting istiqomah. Kalau sudah puasa Nabi Daud tidak perlu puasa Senin-Kamis. Jadi, kita tidak bingung. Toh sama-sama sunnahnya. Dan Puasa Nabi Daud disifati sebagai salah satu puasa sunah terbaik bagi umat Kanjeng Nabi Muhammad SAW...

Kedua, secara umum keutamaan puasa sunnah adalah meningkatkan kualitas "roso" yang dalam hati kita, terutama kesholihan sosial dan kesholihan relijius..... Puasa sunnah juga bisa menjadi pelengkap bagi amal wajib kita... Bisa menjadi tameng dari perbuatan godaan syetan dalam hal syahwat dan amarah, juga bisa membuat kita menjadi lebih "adem"

Ketiga, puasa adalah salah satu Obat Hati bagi manusia. Puasa merupakan salah satu alat komunikasi langsung dengan Gusti Allah. Semua ibadah ada Malaikat pencatatnya. Tapi puasa itu yang mencatat langsung dari Gusti Allah... Karena itu, doa mengapa doa ahli puasa sunnah lebih mustajab

Keempat, secara khusus, Puasa Nabi Daud merupakan salah satu wasilah untuk memiliki kualitas fisik yang lebih kuat daripada umumnya orang... lebih kuat maupun lebih awet muda, membuat metabolisme (sistem tubuh) menjadi lebih sempurna, dan juga mempercepat proses regenerasi sel-sel. Tapi ini "hanya" bonus saja, jangan dijadikan tujuan utama.
Read More

Senin, April 22, 2019

Tidak Semua Ilmu Dapat Disebarkan, Begini Penjelasan Rasulullah

Tidak Semua Ilmu Dapat Disebarkan, Begini Penjelasan Rasulullah



Penulis: KH Ma’ruf Khozin


ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ: " ﺣﻔﻈﺖ ﻣﻦ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻋﺎءﻳﻦ: ﻓﺄﻣﺎ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻓﺑﺜﺜﺘﻪ، ﻭﺃﻣﺎ اﻵﺧﺮ ﻓﻠﻮ ﺑﺜﺜﺘﻪ ﻗﻄﻊ ﻫﺬا اﻟﺒﻠﻌﻮﻡ "


Abu Hurairah berkata: "Ada dua macam ilmu yang saya hafal dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Salah satunya dapat saya sebarkan. Lainnya, jika saya sebarkan akan terpenggal kepala ini" (Sahih Bukhari)

Menurut para ulama kita, ilmu (hadis) yang tidak boleh disampaikan adalah yang dapat menimbulkan fitnah, petaka dan hal buruk lainnya. Bukan faktor hadis / ilmunya, namun situasi dan kondisi.


Read More
Kisah Nabi Uzair As

Kisah Nabi Uzair As

arabic

Penulis: Ahmad Maimun Nafis
(Santri Al-Anwar Sarang Rembang Jawa Tengah) 

Atorcator.Com - Terheran-heran nabi Uzair pagi itu menatap reruntuhan satu kota seraya berucap "bagaimanakah Allah menghidupkan kembali kota mati ini?". Terlelap ia memejamkan matanya tanpa sadar bahwa sebenarnya ia telah wafat.

Uzair membuka kedua matanya dan ia menemukan hari telah sore (sejatinya ia telah bangkit dari kematiannya). Seorang malaikat bertanya "berapa lama engkau tidur?". "Seharian, atau justru setengah hari" jawabnya mengira. Ia masih merasa tidur sejak pagi hingga sore hari.

"Tidak!" Bantah sang malaikat "kau telah tidur seratus tahun. Coba lihat makanan dan minumanmu! Coba lihat keledai yang kau tunggangi". Benar saja ia telah menemukan keledainya sudah berupa tulang belulang.

Allah menunjukkan kuasaNya sekaligus menjawab pertanyaan Uzair seratus tahun yang lalu. Tulang belulang itu tiba-tiba tersusun kembali dan perlahan terbungkus daging terbungkus kulit. Kembali seperti sediakala.

Uzair pulang ke rumahnya dan melihat kampung halamannya itu telah banyak berubah. Seorang wanita renta dan buta berusia 120 tahun terlihat sedang duduk di depan pintu rumahnya.

"Bukankah ini rumah Uzair?" Ia mencoba bertanya. "Iya" sang wanita tua menjawab dan menangis tersedu "Sudah bertahun-tahun tak pernah ada yang menyebut nama itu lagi". "Aku Uzair" ia mencoba meyakinkan.

"Doa Uzair akan selalu dikabulkan tuhan, berdoalah agar mataku yang buta ini bisa melihat kembali" wanita itu menguji. "Baiklah" Nabi Uzair akhirnya berdoa dan benar saja kedua matanya kini bisa melihat kembali.

Pergilah sang wanita mengajak Uzair ke kumpulan bani Israel yang kebetulan putranya sedang berada di sana (usia putranya kini telah lebih seratus tahun). "Pemuda ini adalah Uzair" sang wanita mengawali pembicaraannya. Sudah barang pasti pernyataannya itu tidak akan dengan mudah dipercaya. Seluruh kumpulan itu tidak mempercayai ucapannya itu.

"Bukankah aku wanita buta? Sekarang aku bisa melihat karena doa darinya. Ia adalah Uzair". Seluruh orang tertegun.

Putra Uzair menyela "ayahku memiliki tanda hitam seperti bulan di punggungnya. Tunjukkan!". Uzair membukanya dan memperlihatkan tanda hitam itu ke semua orang.

Seorang dari mereka masih ragu dan mencoba bertanya "Bukhtanashar telah mambakar seliruh Taurat kami. Dan dahulu Uzair adalah penghafal Taurat. ia sangat menguasainya. Bacakan kami Taurat!". Uzair lantas membacakan ayat-ayat Taurat di luar kepala.

Terkagum mereka melihat kedatangan Uzair. Seorang Nabi yang telah satu abad menghilang telah kembali dengan cara yang sangat tidak biasa. Ia bahkan terlihat lebih muda dibanding cucu-cucunya.

Rasa cinta dan rindu mereka tidak berakhir baik. hal ini justru menjadi petaka. Begitu besar rasa kagum itu sehingga mereka beranggapan "Uzair adalah anak tuhan".
. . . . .

Petik sendiri hikmahnya! Sudah.

Sumber: Facebook Maimun Nafis
Read More
Kegoblokan Sistem Presidential Threshold dan Kenapa Kita Bersikap Bodo Amat?

Kegoblokan Sistem Presidential Threshold dan Kenapa Kita Bersikap Bodo Amat?

 
detik
Penulis: Fauzy Adang

Atorcator.Com - Semenjak musim pemilu 2019, khususnya setelah pemerintah ngotot ingin sahkan sistem Presidential Threshold; adalah ambang batas suara yang harus diperoleh partai, saya berungkali menjelaskan tentang betapa gobloknya sistem ini, walau banyak yang kurang respon, entah apa mungkin mereka bodo amat, atau males mengerti, namun setelah kejadian kayak gini mulai deh banyak yang mohon minta dimengerti, mengeluh, lantaran mereka telah bekerja 24 jam; ya tentu 24 jam karena pemilu kali ini amat sangat sulit, panjang, melelahkan, sebab pilres dan pileg diserentakan yang harus selesai dalam satu malam. Gila enggak tuh?

Lembaga kajian Australia, Lowy Institute, menyebut bahwa pemilihan umum 2019 di Indonesia termasuk paling rumit di dunia, karena skalanya yang besar dan dilaksanakan dalam satu hari saja.

Lantas banyak hal yang tak terduga, sebagaimana yang diberitakan media-media mainstream bahwa petugas KPPS dan polisi kita banyak yang gugur akibat begitu kecapeannya bekerja untuk hajat pemilu kemarin.  Di Jawa barat saja 12 petugas KPPS telah meninggal dunia usai pemilu ini, sebelumnya tercatat ada 4 orang petugas KPPS di Malang pun meninggal, kemudian 10 anggota polri pun telah dilaporkan meninggal sesudah pengamanankan pemilu kemarin. Innalillahi.

Sistem ini bukan hanya mampu memakan korban, Presidential Threshold pun dinilai sangat tidak masuk akal, terlihat begitu dipaksakan; gara-gara sistem ini umat makin terpecah belah, perseteruan kampret versus cebong yang dihasilkan pemilu 2014 tambah langgeng, masyarakat banyak yang terjebak - termasuk para ulama kita - karena pemilu 2019 kembali hanya mempertandingan 2 calon yang sama. Presidential Threshold membuat partai tak bisa mengusung calon presiden lain, akibat aturan ini memberikan syarat harus memiliki suara 25% di 2014 lalu, sehingga partai-partai pun terpaksa berkoalisi, yang pada akhirnya membuat mereka tawar-menawar keuntungan, maka sistem ini menjadikan pemilu 2019 tak ubahnya jual beli jabatan belaka.

Kekacauan pemilu lewat sistem goblok ini sebetulnya telah disadari oleh banyak pihak, seperti para akademisi, aktivis, para ahli, yakni Busyro Muqoddas, Bambang Widjojanto, Chatib Basri, Rocky Gerung, dan Faisal Basri, mereka menggugat ke MK, mereka menganggap aturan tersebut menabrak konstitusi, salah satu dalilnya adalah pengaturan delegasi “syarat” capres ke UU ada pada Pasal 6 ayat (2) UUD 1945 dan jelas tidak terkait pengusulan oleh parpol, untuk itu maka pasal 222 UU 7/2017 yang mengatur “syarat” capres oleh parpol bertentangan dengan Pasal 6 ayat (2) UUD 1945. Akan tetapi gugatan itu ditolak MK mentah-mentah, saya pun mengira oke mungkin MK punya dalil yang lebih shahih dari mereka, namun rupanya sistem ini seolah coba-coba saja, faktanya banyak petugas kita yang meregang nyawa setelah kewalahan mengurus kotak suara kemarin.

Kendati demikian pendukung 01 atau 02 nampaknya tidak ada yang mempermasalahkan ini, mereka pada sibuk mengurus kemenangan calon presiden masing-masing, yang satu sibuk ngurusi kesedihan presiden, yang kedua sibuk mencemooh presiden, padahal di tengah kesibukan itu ada sistem yang membuat mereka terjebak seperti ini. Saya berungkali menjelaskan sistem ttersebut lantaran saya hanya berharap kepada mereka yang mendadak sok ngomongin politik ini juga memahami teorinya, tidak taqlid buta, tahu landasannya, berbasis argumentasi, tidak hanya asal kasian, tidak sekedar memilih pakai hati nurani saja.


Semoga pemilu di masa nanti tidak kacau-balau lagi.

Sumber: Facebook Fauzy Adang
Read More
Sejarah Kecurangan Penguasa-Penguasa

Sejarah Kecurangan Penguasa-Penguasa

NU-online

Penulis: Nurbani Yusuf

Atorcator.Com - Sayyidina Ali ra pun dicurangi hingga tiga kali-- Politik memang tak pernah bisa benar-benar bersih--ketika agama bertaut dengan politik, politik tak jadi bersih karena agama tapi agama sudah pasti terkotori politik--

Tanyakan pada Sayidina Ali tentang peristiwa baiat. Apakah dia legowo atau merasa ditinggal atas nama darurat. Ali ra masih sibuk merawat Jenazah Rasulullah saw saat ribut antara muhajrin dan anshar di rumah Abu Ubadah berlangsung. Perdebatan yang nyaris membawa perpecahan umat Islam itu berlangsung hingga baiat khalifah Abu Bakar pun tanpa kehadiran Ali ra.

Sayidina Ali ra  berkata: Semoga ini bukan tipuan Anda ... ", kata Sayyidina Ali ra kepada Abdurrahman bin Auf ra semenda Usman ra .. ". 'Mereka tidak akan berbeda pendapat. Mereka akan mengangkat satu sama lain .. ' demikian pernyataan Ali ra kepada Ibnu Abbas pamannya. Ali ra menangkap aroma konspirasi untuk mengangkat Sayidina Ustman ra sebagai khalifah pengganti Umar bin Khattab ra dan menyingkirkannya.

Perang Shifin dimenangkan mutlak Sayidina Ali tapi berbalik saat di meja runding. Abu Hasan Al Asy'ari ra salah seorang ulama zuhud yang di utus mewakili Sayidina Ali ra tak cukup imbang menghadapi kecerdikan dan kematangan diplomasi Amru bin Ash ra politisi senior mantan gubernur Mesir yang mewakili Mu'awiyah ra. Kekuasaanpun berpindah para pengikut Ali ra kecewa dan membrontak.

Perang Bubat adalah paduan kecerdikan dan kelicikan Gajah Mada untuk mengalahkan kedigdayaan Prabu Siliwangi. Sang Diyah Pitaloka menjadi upeti dan tanda takluk. Perang Bubat sudah cukup untuk menjadi alasan bagi penduduk tlatah Parahyangan tak mengaku diri sebagai orang Jawa--hingga kini seteru antara aremania dan the-vicking juga masih kental terasa.

Ken Arok pun naik tahta dengan cara yang kurang lebih sama--setelah selingkuh dengan Ken Dedes iapun membunuhi semua rival politiknya dengan keris mPu Ganding dan mengurbankan sahabat karibnya Kebo Ijo sebagai tumbal.

Perang head to head untuk merebut Kesultanan Pajang juga berlangsung menarik. Dimas Sutawijaya yang didukung Sunan Kalijogo dan Pangeran Arya Penangsang yang di dukung Sunan Kudus pun kalah taktik. Atas saran Sunan Kalijogo--Sutawijaya menunggang kuda betina untuk bisa mengalahkan. Cara cerdik mungkin juga licik.

Apakah naiknya jendral Soeharto menggantikan Soekarno juga bersih ? Tanyakan pada Mega, apakah poros tengah itu bukan kecurangan atau pada Gus Dur apakah impeachment itu bukan cara licik? Konon Gus Dur saking kesalnya mendoakan Amien Rais akan menjadi 'gelandangan-politik' atas ulahnya itu. Saat ditanya apakah Gus Dur memaafkan ? .. .. "memaafkan sih iya tapi melupakan tidak .. ! Jawab Gus Dur pedas dalam acara Kick Andy.

Sama sekali tidak bermaksud membenarkan kecurangan, tapi itulah realitas politik--sebab yang menuduh curang--tak lantas jadi bersih ... ".

@nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar
Read More

Minggu, April 21, 2019

Gus Dur Dan Kedutaan Israel

Gus Dur Dan Kedutaan Israel



Penulis: Shuniyya Ruhama

Atorcator.Com - Ketika dulu Mbah Wali Gus Dur akan membuka Kedutaan Besar Indonesia di Israel dan sebaliknya, sontak beliau dihantam dengan cacimaki dan hujatan yang tidak bisa dibendung. Semua sebutan buruk dan tidak pantas ditimpakan kepada beliau.

Ketika belajar kepada beliau, secara personal pernah Shuniyya tanyakan.

“Gus, sebenarnya apa sih yang membuat Gus Dur mewacanakan ingin membuka Kedutaan Besar di Israel?”

Beliau mengambil nafas panjang, tersenyum, kemudian menjawab:

- “Pertama, kita tidak bisa membantu perjuangan kemerdekaan Palestina karena tidak memiliki hubungan diplomasi dengan Israel. Selama ini kita hanya “titip suara” kepada Amerika. Padahal kita tahu bahwa Amerika itu pendukung setianya Israel.

Jadi sampai kapanpun suara kita tidak akan pernah sampai. Kalau mau membantu rakyat Palestina, kita harus bisa bicara langsung kepada Israel. Caranya ya dengan membangun hubungan diplomatik itu...”

- “Kedua, saya tahu kok sebenarnya ada banyak perdagangan ilegal antara beberapa pengusaha Indonesia dengan Israel. Karena ilegal maka tidak bisa diapa-apakan kalau tidak ketangkep. Kalau kita punya hubungan diplomatik, kan otomatis ada banyak sekali pajak yang kita dapatkan. Bisa menambah devisa negara kita.”

Subhanallah... subhanallah... Ternyata pemikiran Mbah Wali Gus Dur telah jauh sekali melampaui apa yang mampu kita pikirkan. Beliau tetap santai dijatuhkan dan dihujat. Ternyata itu semata-ma karena cinta beliau kepada rakyat Palestina dan tentunya Negara Indonesia.

Dan hari ini kita bisa menyaksikan, satu persatu negara di dunia bahkan negara Islam juga sudah membuka Kedutaan Besar Israel di negaranya masing-masing, sebagain diantaranya sedang mewacanakan ke arah sana. Entah apa yang kini dipikirkan para pencaci maki dan penghujat Mbah Wali Gus Dur menyaksikan kenyataan ini.

I Love u mbah Wali Gus Dur.


Ila ruhi Simbah Wali Kyai Haji Abdurrahman Wahid wa zawjatihi wa dzurriyahitihi wa furu’ihi wa silsilatihi wa muridihi wa muhibbihi ya Allah... wa muhibbihi ya Allah ... wa muhibbihi ya Allah... syaiun lillahu lana wa lahum Al Fatihah...
Read More
Ketika Sains Ditentang Dan Ulama Dijadikan Alat Politik

Ketika Sains Ditentang Dan Ulama Dijadikan Alat Politik




Penulis: Maulana M. Syuhada

Atorcator.Com - Quick count merupakan metode ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan secara sains, dan sudah teruji di berbagai negara. Sebuah hal yang lumrah jika kontestan pemilu baik perorangan maupun partai mendeklarasikan kemenangan, mendeklarasikan kekalahan, ataupun memberikan selamat kepada pemenang, berdasarkan Quick Count, karena memang ada justifikasi ilmiah di belakangnya. Lagi, lagi, dan lagi, sejarah membuktikan bahwa hasil Real Count selalu sama dengan Quick Count. Di Indonesia pun sama, dari tiga Pilpres sebelumnya (2004, 2009, 2014) semua hasil Quick Count selalu sama dengan Real Count [1], kecuali hasil Real Count ‘abal-abal’ dari tiga lembaga survei ‘dadakan’ yang ditayangkan TV ONE pada Pilpres 2014 yang memenangkan Prabowo-Hatta [2].

Pada Pilpres 2019 ini, setidaknya ada 12 lembaga survei yang memenangkan Jokowi dengan hasil Quick Count yang relatif sama di kisaran angka 54-55% [3]. Lembaga-lembaga survei ini terdaftar dalam perhimpunan lembaga survei dan sudah diverifikasi KPU [4].

Sedangkan hasil yang memenangkan Prabowo hanya sebuah Real Count internal BPN Prabowo-Sandi, dengan angka 62% untuk kemenangan Prabowo [5]. Jadi kondisinya adalah satu Real Count internal melawan 12 Quick Count lembaga independen. Probabilitas 12 lembaga survei independen bersama-sama melakukan kesalahan amatlah sangat kecil. Namun mengapa yang mendeklarasikan kemenangan justeru Prabowo?

Jokowi sudah memberikan teladan dengan tidak mendeklarasikan kemenangan, dan meminta masyarakat agar bersabar menunggu hasil KPU. Walaupun secara "sains" ia punya hak untuk deklarasi.

Sebaliknya, Prabowo walaupun kalah justeru mendeklarasikan kemenangan (bahkan hingga tiga kali), melakukan sujud syukur [6], dan mendeklarasikan dirinya sebagai presiden,

“Saya akan dan sudah menjadi presidennya seluruh rakyat Indonesia” [7].

Ia juga menuduh bahwa hasil Quick Count berbagai lembaga survei yang memenangkan Jokowi telah dimanipulasi,

"Ada upaya dari lembaga-lembaga survei tertentu yang kita ketahui memang sudah bekerja untuk satu pihak, untuk menggiring opini seolah-olah kita kalah"[8].

Ia menggelari lembaga survei sebagai “Tukang Bohong” dan meminta mereka untuk pindah ke Antartika [9],

"Hei tukang bohong-tukang bohong, rakyat tidak percaya sama kalian. Mungkin kalian (lembaga survei) harus pindah ke negara lain. Mungkin kau bisa pindah ke Antartika. Mungkin kalian tukang bohong, hei lembaga survei bohong, kau bisa bohongi penguin-penguin di Antartika" [10].

Para ulama pun dikerahkan untuk meyakinkan masyarakat bahwa Prabowo sedang dicurangi dan meminta masyarakat untuk tidak percaya kepada hasil survei. Para ulama berkumpul di rumah pemenangan BPN Prabowo Sandi di Jl. Kertanegara. Dalam video berdurasi 8 menit, sepuluh ulama mengukuhkan kemenangan Prabowo Sandi dan meminta agar masyarakat tidak mempercayai survei yang beredar [11]. Salah satunya adalah Habib Muhsin Ahmad Alatas. Berikut kutipan pernyataannya,

"Jihad konstitusi kita sudah menang, akan tetapi kita menghadapi sebuah golongan, sebuah kaum yang tidak punya rasa malu, tidak punya rasa takut kepada Allah SWT,  karena sebetulnya mereka tidak punya agama tidak percaya kepada Tuhan."

"Oleh karenanya itu, maka kita harapkan ikhwan sekalian, para mujahidin yang sedang memperjuangkan konstitusi, dan membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan, dan dari komunisme dan dari liberalisme, bahwa kita ini sudah menang, dan kemenangan itu sudah kita raih pada hari ini, dan jangan percaya dengan kaum atheis, yang tidak percaya dengan agama. Mereka tidak punya malu dan tidak punya dosa"[11].

Beginilah jadinya jika ulama sudah dieksploitasi oleh politik. Alih-alih, memperjuangkan kebenaran dan memberikan kesejukan kepada masyarakat, mereka justeru mengobarkan api kebencian dan meyakinkan masyarakat bahwa mereka sedang berjihad melawan rezim yang tidak percaya kepada Tuhan. Mereka menyalahgunakan gelar ulama mereka untuk membodohi masyarakat.

Saya jadi teringat akan khutbah Jum’at minggu lalu yang disampaikan oleh Dr. H. Irfan Syafrudin (Ketua Bidang Tarbiyah, Persatuan Islam). Beliau menjelaskan tafsir surat Al-Ankabut ayat 2-3, bahwa manusia akan diuji oleh Allah SWT, tidak peduli kedudukannya, apakah ia seorang tukang sapu, profesor ataupun ulama yang bergelar Kyai Haji. Sejarah mencatat banyak alim ulama yang tidak lulus ujian ini, seperti Ar-Rajjal bin Unfuwah, ahli agama yang sangat cerdas, yang diutus untuk berdakwah kepada penduduk Yamamah tempat berkuasanya Nabi palsu, Musailamah Al-Kazzab. Namun sejarah mencatat ternyata ia terperdaya dan mengakui kenabian Musailamah. Contoh lainnya adalah dua sahabat Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, yaitu Ibnu as-Saqa' yang murtad setelah diutus ke kerajaan Romawi dan Ibnu Abi Ushrun yang jatuh dalam gemerlap dunia karena terlena jabatan. Mereka ini adalah para alim yang ahli agama, hafizh Quran dan sangat cerdas, namun tidak lulus ujian dari Allah SWT. Beliau menegaskan bahwa ujian itu diberikan Allah SWT kepada setiap manusia, terlepas dari kedudukan dan kealimannya.

Kecuali Rasul SAW, tidak ada satu pun manusia yang luput dari kesalahan. Karenanya ‘taklid buta’ (mengikuti pemimpin secara buta) dilarang dalam Islam. Abu Bakar r.a. dalam pidato pertamanya saat dilantik menjadi khalifah berkata, “Jika aku benar, maka ikutilah aku. Jika aku salah, maka luruskanlah aku”. Abu Bakar r.a. yang merupakan Khalifah pertama saja mengakui, kalau ia bisa saja berbuat salah, dan meminta bantuan kepada rakyatnya untuk mengoreksinya jika ia keliru. Jika level Abu Bakar saja begitu rendah hati, maka ustad-ustad, para alim ulama yang ada sekarang, tentunya juga tidak serta-merta luput dari kesalahan. Kita diberikan nalar dan pikiran serta hati sebagai kompas batin, untuk ber-iqra kepada setiap kejadian dan peristiwa.

Andaikan Prabowo bisa se-ksatria Grace Natalie yang begitu melihat hasil Quick Count, langsung mengakui kekalahan PSI [12], mungkin kita tidak perlu terus terpecah-belah seperti sekarang ini.

"Menurut quick count, PSI mendapat 2%. Dengan perolehan itu, PSI tidak akan berada di Senayan lima tahun ke depan”, ujar Grace Natalie dalam surat tertulis berjudul 'Setelah Kami Kalah' [13]. Hal yang sama dilakukan oleh Ahok, ketika mengetahui beliau kalah dalam Quick Count Pilkada DKI. Tak menunggu besok, malam harinya Ahok langsung menggelar konferensi pers, menerima kekalahan dan memberikan selamat kepada Anies dan Sandi [14]. Berikut kutipan pidato Ahok,

“Ke depan kami ingin semua lupakan persoalan selama kampanye dan Pilkada karena Jakarta ini rumah kita. Kita harus bangun bersama. Kami masih ada 6 bulan sampai pelantikan. Kami akan bekerja dengan cepat dengan baik, meletakkan dasar-dasar. Kami berusaha melunasi PR PR janji kami. Tentu tidak mungkin selesai PR PR itu. Kita harapkan Pa Anies dan Pa Sandi bisa meneruskan dengan baik.”

“Dan kepada pendukung kami, kami mengerti pasti sedih, kecewa, tapi tak apa-apa, percayalah bahwa kekuasaan itu Tuhan yang kasih dan Tuhan yang ambil. Jadi tidak ada seorang pun bisa menjabat tanpa seizin Tuhan.”

“Jadi semua tidak usah terlalu dipikirkan! Jangan sedih! Tuhan selalu tahu yang terbaik, karena kekuasaan itu dari Tuhan” (video lengkapnya di sini! [15]).

Alangkah indahnya seandainya pidato Ahok di atas bisa menjadi pidato Prabowo dalam konteks Pilpres 2019. Menerima kekalahan, menyelesaikan PR yang ada, dan menenangkan pendukungnya untuk tidak bersedih, dan berserah diri kepada Tuhan.

Saat Pilkada DKI, pada malam yang sama, Prabowo mendeklarasikan kemenangan Anies-Sandi berdasarkan Quick Count, ya betul berdasarkan Quick Count,

“Baru saja kita dapat berita bahwa 90% dari Quick Count sudah masuk dan menunjukkan bahwa DKI Jakarta mendapat Gubernur dan Wakil Gubernur baru”, ujar Prabowo [16].

Jadi sebetulnya Prabowo percaya kepada keilmiahan metode quick count. Namun beliau hanya siap menang dan tidak siap kalah. Terbukti, pada akhirnya hasil Real Count KPU [17] pada Pilkada DKI sama dengan hasil Quick Count lembaga survei [18], yaitu 57-58% untuk kemenangan Anies-Sandi.

Real Count yang sekarang sedang dihitung oleh KPU pun ujung-ujungnya akan sama dengan hasil Quick Count lembaga survei. Kalau tidak sama, berarti ada penemuan baru dalam dunia ilmu statistika, dan ini akan menggegerkan dunia ilmu pengetahuan, karena akan men-challenge teori-teori statistika yang sudah ‘established’. Dan kemungkinan hal tersebut terjadi, amatlah sangat kecil.

Saya yang sudah dicekokin statistika sejak kuliah di ITB dulu, sangat mudah menerima teori bahwa "Real Count hasilnya akan sama dengan Quick Count" (taken into account margin of error). Apalagi dalam kasus Pilpres 2019 ini, 12 lembaga survei independen menunjukan hasil yang sama.

Sandiaga Uno pun pasti tahu bahwa Real Count akan sama hasilnya dengan Quick Count. Karenanya wajah Sandi lesu dan terus menuduk sepanjang deklarasi kemenangan [19] . Keesokan harinya, selepas sholat Jumat, Sandi terus diam seribu bahasa walaupun ratusan pendukungnya mengelu-elukannya. Ketika keluar dari Masjid At-Taqwa, ia hanya tersenyum, menembus kepungan massa dan langsung memasuki mobilnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun [20].
Jadi baik Prabowo maupun Sandi, keduanya percaya pada Quick Count. Namun Prabowo tidak legowo, ia malah nekat melampaui kewenangan KPU dan mendeklarasikan dirinya sebagai “Presidennya seluruh rakyat Indonesia” [7].

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah Prabowo dan koalisinya nekad ingin berkuasa walaupun tahu mereka kalah. Segala cara dihalalkan termasuk menentang sains. Jadi kita akan dipaksa masuk ke dalam masa kegelapan, dan segala nalar sedang diputar-balikan. Pembodohan berjamaah ini memang mengerikan sekali, apalagi mempertaruhkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Dengan modal sentimen agama, dan dukungan ulama-ulama (yang sudah terhasut), dan pasukan kader dan simpatisan partai yang solid dan militan dalam menyebarkan hoax di akar rumput, mereka "setidaknya" hingga sekarang, masih akan tetap nekat untuk melanjutkan gerakan rusuh, pembodohan nalar dan logika demi mencapai kekuasaan.

Di sini sebetulnya peran para ulama populer seperti Ustad Abdul Somad (UAS), Ustad Adi Hidayat (UAH) dan Aa Gym, yang menjelang Pilpres kemarin menemui Prabowo dan memberikan dukungannya. Rakyat Indonesia memerlukan bantuan ketiganya untuk memberitahu Prabowo agar legowo menerima kekalahan ini. Ini merupakan bentuk tanggung jawab moral dari ketiganya yang sudah memberikan ‘endorsement’ kepada masyarakat untuk memilih Prabowo.

Dampak kerusakan dari polemik ini sangat dahsyat dan berefek-panjang bagi tatanan masyarakat kita. Masyarakat bukan hanya dimatikan nalarnya, tapi sudah terpecah-belah hingga level keluarga. Rakyat di akar rumput, termasuk teman-teman kita, terus menerus bertempur, saling nyinyir, saling benci dan saling hujat. Bukan hanya produsen dan penyebar hoaks yang sangat sibuk, tapi para pemadam hoax pun harus dibuat super sibuk untuk mengklarifikasi dan memadamkan penyebaran hoax agar tidak meluas. Kita semua sudah sangat capek, baik secara fisik maupun mental. Jadi, saya mengajak teman-teman yang punya akses langsung kepada Prabowo, untuk meminta beliau agar legowo dan menyudahi polemik ini, jika ia masih cinta terhadap tanah air Indonesia.

Pada Pilpres 2014, PKS pernah membohongi Prabowo dan seluruh rakyat Indonesia dengan Real Count sesat [21][22]  yang hasilnya bertolak belakang dengan hasil resmi KPU [23][24]. Mungkin inilah saatnya bagi PKS untuk menebus kesalahan itu dengan meminta Prabowo untuk legowo menerima kenyataan yang ada dan tidak terjerumus ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Kita semua memang menunggu hasil resmi dari KPU, namun alangkah eloknya untuk tidak mendeklarasikan diri sebagai presiden dan terus-menerus mengompori rakyat bahwa mereka sedang dicurangi, mereka sedang dibohongi oleh lembaga-lembaga survei yang berusaha menggiring opini bahwa Prabowo kalah.

Wallahu’alam.

REFERENSI

[1] Dituduh Bohong Menangkan Jokowi-Ma'ruf, 8 Lembaga Survei Buka Data Quick Count (Merdekan, 20 Arp 2019)

[2] Kredibilitas "Quick Count" yang Menangkan Prabowo-Hatta Dipertanyakan (Kompas, 9 Juli 2014) https://money.kompas.com/read/2014/07/09/191233326/Kredibilitas.Quick.Count.yang.Menangkan.Prabowo-Hatta.Dipertanyakan

[3] Jokowi: Quick Count 12 Lembaga Survei Jokowi-Ma'ruf Menang 54,5 Persen (inews, 18 Apr 2019)

[4] Ini Daftar 40 Lembaga Terverifikasi KPU yang Gelar 'Quick Count' Pemilu 2019 (Merdeka, 16 Ape 2019)

[5] Prabowo Deklarasikan Kemenangan Didepan Pendukungnya NET24 (YOutube, NET, 17 Apr 2019)

[6] Klaim Menang 62% Berdasarkan 'Real Count', Prabowo Takbir dan Sujud Syukur (Youtube, TV One, 17 April 2019)

[7] Prabowo: Saya Akan dan Sudah Jadi Presiden Rakyat Indonesia (Kompas, 17 Apr 2019)

[8] Prabowo Klaim Menang, Tuduh Lembaga Survei Curang (BeritaSatu, 17 Apr 2019)

[9] Prabowo Sebut Lembaga Survei Berbohong Hasil Hitung Cepat Pilpres (Tirto, 19 Apr 2019)

[10] Setelah 3 Kali Klaim Menang, Prabowo Adakan Syukuran (Youtube, CNN Indonesia, 19 Apr 2019)

[11] Begini Cara Melawan Sihir Pemilu menurut Para Ulama (Youtube, MySharing TV, 17 Apr 2019)

[12] Grace Natalie Akui 'Kekalahan' PSI (Detiknews, 17 Apr 2019)

[13] Setelah Kami Kalah (Situs Resmi PSI, 17 Apr 2019)

[14] Ahok-Djarot Ucapkan Selamat untuk Anies-Sandi (Detiknews, 19 Apr 2017)

[15] Merinding! Inilah Pidato Kebesaran Hati Ahok Atas Kemenangan Anies Sandi (Youtube, 19 Apr 2017)

[16] Deklarasi Kemenangan Hitung Cepat Anies-Sandi di Rumah Prabowo (Youtube, Berita Satu, 19 Apr 2017)

[17] Hasil Final "Real Count" KPU: Anies-Sandi 57,95%, Ahok-Djarot 42,05% (Kompas, 20 Apr 2019)

[18] Ini Hasil Akhir Quick Count 4 Lembaga Survei untuk Pilkada DKI Putaran Kedua (Kompas, 19 Apr 2019)

[19] Prabowo Deklarasi Kemenangan Lagi, Sandi Hadir Sambil Terdiam (Berita Satu, 18 Apr 2019)

[20] Disambut Massa Pendukung, Sandiaga Uno Bungkam Seribu Bahasa (Youtube, TV One, 19 Apr 2019)

[21] Real Count PKS diduga palsu (Republika, 11 Jul 2014)

[22] Ini Hasil Resmi Rekapitulasi Suara Pilpres 2014 (Kompas, 22 Jul 2014)

[23] Ini Hasil Real Count oleh PKS di 33 Provinsi (Merdeka.com, 10 Jul 2014)

[24] Kawal Pemilu Kita: Jangan Sampai Salah Lagi Sujud Syukur (15 Apr 2019)
Read More